Selasa, 13 Januari 2009

Penurunan harga BBM tutupi kegagalan SBY

Tanggal : 13 Jan 2009
Sumber : Harian Terbit

JAKARTA - Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) kembali diturunkan pada 15 Januari nanti. Namun penurunan harga BBM itu tetap saja dinilai berbau politis. Bahkan pengamat politik Universitas Indonesia, Boni Hargens, menuding pemerintahan SBY-JK membohongi rakyat.

Sedang mantan Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais menyebut pemerintah cukup lihai menguasai psikologis rakyat. Padahal sudah kewajiban pemerintah menurunkan harga BBM, seperti kebijakan menaikkan tarifnya dulu.

"Pemerintah ini cukup lihai, bisa menguasai psikologis rakyatnya. Rakyat kita itu terlalu mudah percaya. Terlalu banyak berbaik sangka, dan selalu husnudzon," kata Amien Rais usai diskusi bersama Komite Penyelamatan Kekayaan Negara di Gedung DPR, Jakarta, Senin (12/1).

Boni Hargen menilai, penurunan BBM ini hanya untuk menutupi kinerja pemerintah yang gagal di bidang ekonomi. Soal penurunan BBM, SBY sebenarnya tidak bekerja apa-apa, namun dia pintar memanfaatkan momen penurunan harga minyak dunia. Menurut dia, ini upaya membohongi rakyat.

Dihubungi Harian Terbit di Jakarta, Selasa (13/1), pengamat politik lainnya yang juga dari Universitas Indonesia (UI), Maswadi Rauf, mengakui kebijakan pemerintahan SBY menurunkan harga BBM bersubsidi sekaligus memberikan keuntungan politik bagi SBY dalam menghadapi Pilpres 2009.

"Itulah keuntungan incumbent yang tidak dimiliki kandidat lain. SBY tak perlu banyak keluar biaya untuk membangun pencitraan atau popularitas. Dia cukup dengan memperbaiki kebijakan yang berdampak pada kepentingan rakyat banyak popularitas akan datang dengan sendirinya, " tambah Maswadi.

Namun dia mengingatkan, kebijakan menurunkan harga BBM bersubsidi (premium dan solar) itu harus berdampak positif bagi perbaikan ekonomi bangsa, bukan hanya untuk mendapatkan keuntungan politik saja, juga harus berdampak terhadap ekonomi rakyat kecil.

Pemerintah kembali memutuskan penurunan harga BBM jenis premium dan solar yang mulai berlaku 15 Januari 2009. Harga premium turun Rp500 (10 persen) dari semula Rp5.000 menjadi Rp4.500 per liter. Harga solar turun Rp300 (6,25 persen) dari semula Rp4.800 menjadi Rp4.500 per liter.

Ketua Fraksi PKS di DPR, Mahfudz Siddiq, juga menilai kebijakan penurunan harga BBM menguntungkan politik SBY. "Bisa menguntungkan politik SBY, bisa juga jadi blunder apabila tidak bisa mempertahankan harga BBM," katanya.

Mahfudz mengatakan, penurunan harga BBM harus diikuti dengan jaminan ketersediaan BBM dan penurunan biaya transportasi yang akan berimbas pada penurunan harga sembilan bahan pokok, sehingga masyarakat dapat merasakan manfaatnya.

Boni Hargen memprediksi, setelah pemilu legislatif April 2009, SBY akan menurunkan lagi harga BBM. Mungkin menjadi Rp 4000. Cara ini dilakukan untuk mencari dukungan sehingga rakyat memilih SBY. "Namun, mendongkrak popularitas SBY lewat harga BBM tidak akan berhasil, karena rakyat sekarang sudah cerdas," ujarnya.

Amien Rais mengatakan, hendaknya rakyat jangan terbuai dengan angin surga pemerintah, karena sudah kewajiban pemerintah menurunkan tarif BBM. Kalau tidak menurunkan, malah pemerintah artinya mempecundangi dan membodohi rakyat.

"Ya pelan-pelan itu diturunkan. Nanti pas menjelang pemilu semakin diturunkan lagi. Dan ini dijadikan bahan kampanye. Ini menjadi sesuatu yang sangat menarik," ujar mantan Ketua MPR itu.

Seharusnya, lanjut Amien, pemerintah itu bisa menciptakan lapangan kerja, bukan menurunkan harga BBM. Dengan menciptakan lapangan kerja, angka pengangguran dan kemiskinan bisa separuhnya berkurang.

"Ya ini baru prestasi. Kalau menurunkan BBM itu sudah seharusnya kok. Seperti orang mengantuk ya harus tidur. Nggak ada yang aneh kan?" ungkap.

Dihubungi terpisah, Sekretaris Fraksi Partai Amanat Nasional (FPAN) DPR, Muhammad Yasin Kara menegaskan, pemerintah jangan menjadikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan barang-barang kebutuhan pokok (sembako) sebagai alat politik untuk memenangkan kursi presiden pada pemilu 2009.

Menurut Yasin, langkah yang dilakukan pemerintah jelas-jelas mempermainkan rakyat. Kalau tidak, caranya tentu bukan begitu. "Masak dalam 45 hari pemerintah menurunkan harga BBM sampai tiga kali. Bagaimana cara menghitungnya kalau ini tidak dikatakan mempermainkan rakyat," kata dia.

Malah saya khawatir, kata anggota Komisi X DPR tersebut, ini bukan yang terakhir pemerintah menurunkan harga BBM. Hal serupa kemungkinan juga akan dilakukan menjelang pemilihan presiden 2009 sehingga pemerintahan sekarang kembali terpilih untuk masa lima tahun berikutnya.

Harusnya, jelas Yasin, subsidi BBM tersebut dipatok sehingga tidak dapat dijadikan alat politik. Dengan dipatoknya harga BBM, bila harga minyak mentah dunia naik, harga BBM dalam negeri otomatis ikut naik dan demikian juga sebaliknya. "Kalau seperti ini, jangan-jangan bila harga minyak mentah dunia naik akibat terjadinya ketegangan di Timur Tengah, pemerintah kembali menurunkan harga BBM dalam negeri. Biar rugi asal populeritas terus naik sehingga terpilih kembali pada pilpres nanti."

Sementara itu anak buah SBY di DPR, Sutan Batoeghana tidak terpancing dengan tanggapan miring kader PAN tersebut. "Biar saja orang beranggapan demikian. Dalam alam demokrasi seperti sekarang, semua orang punya hak berbicara dan biar saja masyarakat yang menilai," kata dia.

Menurut Sutan yang juga Wakil Ketua Komisi VII DPR bidang Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), duet pemerinthan SBY-JK benar-benar bekerja untuk kepentingan rakyat banyak.

Penurunan harga BBM dalam negeri sampai tiga kali dalam 45 hari, kata Sutan, mengikuti penurunan harga minyak mentah dunia. "Kan harga minyak mentah dunia itu tidak langsung turun seperti saat ini. Penurunannya kan bertahap. Jadi, pemerintah menurunkan BBM dalam negeri juga secara bertahap," jelas dia.

Malah, kata Sutan, bukan tidak mungkin harga BBM dalam negeri ini kembali turun bila harga minyak mentah di pasar dunia juga turun. (pnb/art)

Sumber : http://www.harianterbit.com/artikel/fokus/artikel.php?aid=59779

Tidak ada komentar:

Proyek Bersih Parpol Hanya Slogan - AntiKorupsi.org