28/01/2009 - 20:50
Djibril Muhammad
INILAH.COM, Jakarta - Serangkaian iklan yang digelontorkan Partai Demokrat dengan berbagai macam keberhasilan pemerintah SBY, dinilai PDIP sebagai sebuah kekeliruan. Sebab, berbagai keberhasilan tersebut hampir dari keseluruhannya tidak mendasar. Iklan tersebut tidak lain untuk menutupi berbagai kelemahan SBY.
"Kalau betul bahwa pemerintah itu sarat prestasi, seharusnya tidak usah iklan. Iklan memang dimaksudkan untuk menutupi kelemahan-kelemahan pemerintah di bidang yang defisit prestasi. Iklan pemerintah memang ditujukan mengelabui rakyat," kata salah satu anggota Dewan Pakar Ekonomi Megawati Institute, Hendrawan Suparatikno.
Hal tersebut disampaikan dalam keterangan persnya di sela-sela, Rakernas ke-IV PDIP di Solo, Jateng, Rabu (28/1). Menurutnya, beberapa keberhasilan itu seperti pencapaian swasembada beras pada 2008, sebenarnya tidak terpenuhi. Sebab saat ini Indonesia masih mengimpor beras rata-rata sebanyak 28,8 juta kg per bulan.
"Anda tahu bahwa konsumsi beras rata-rata 10 kg per bulan. Jadi impor beras sebanyak itu cukup untuk memenuhi kebutuhan beras sebanyak 2,88 juta orang. Kok berani beraninya mengklaim telah berhasil berswasembada beras. Sementara 2,88 juta orang diberi makan dengan beras impor?" beber dosen ekonomi Universitas Kristen Salatiga ini.
Padahal, pada 2004 ketika Megawati menjabat sebagai presiden, Indonesia telah mencapai swasembada beras. Ketika itu Menteri Pertanian dijabat Bungaran Saragih. Namun, Ketum PDIP itu tidak menggembar-gemborkan prestasi tersebut.
Begitu juga dengan iklan utang rasio Indonesia, yang diklaim diturunkan 34% dari PDB. Padahal sebenarnya pemerintah sekarang inilah yang mewariskan utang terbesar yang berjumlah US$ 86 miliar. Itu juga ditambah dengan utang domestik sebesar Rp 519 triliun.
"Kalau nilai tukar adalah Rp 11.000 per dolar, maka jumlah utang pemerintah adalah sebesar Rp 1,456 triliun. Sebuah jumlah utang paling besar dalam sejarah berdirinya Indonesia. Jadi bayi yang baru lahir sekalipun harus menanggung beban utang sebesar Rp 11,5 juta. Karena itu, tangisan bayi-bayi di republik ini adalah yang paling nyaring," jelasnya.
Jika dibandingkan dengan jumlah utang di akhir pemerintahan Megawati, lanjut dia, totalnya hanya berkisar Rp 1.100 triliun. Jadi selisihnya dengan pemerintahan SBY sebanyak Rp 365 triliun. Pemerintahan SBY setiap tahunnya menambah utang sejumlah Rp 91 triliun.
"Jadi siapa yang mewariskan utang lebih banyak, Ibu Mega atau SBY? Jadi siapa yang lebih berprestasi dalam menekan utang pemerintah Ibu Mega atau SBY?" tanyanya. [jib/bar]
Sumber : http://www.inilah.com/berita/politik/2009/01/28/79510/pdip-sby-tirulah-mega/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar