Sabtu, 01 September 2001

Agama itu takdir?

Saat kita dilahirkan oleh Ibu kita, itulah mulainya takdir kita. Karena kita tidak pernah bisa memilih siapa Ibu kita.
Dari detik pertama, hingga saat-saat kita dapat memutuskan segala sesuatu dengan segenap pikiran, perasaan, dan pengetahuan, saat inilah mulai kita dapat bermain dengan nasib kita sendiri.
Tahap ini relatif pada setiap orang, tahap inilah yang disebut kedewasaan seseorang.

Melihat antara Takdir dan Nasib, jelas untuk orang yang dewasa, bahwa Takdir tidak dapat diubah atau dipilih, sedangkan nasib bisa diubah atau dipilih.
Seperti baik atau buruk, itu merupakan pilihan, seseorang dapat menjadi baik atau buruk, sesuai pilihannya sendiri.

Agama itu takdir?
Bukan, karena kita dapat memilih sesuai dengan hatinurani kita. Seperti baik atau buruk, itu merupakan pilihan.
Sampai saat ini, tidak ada agama yang dapat membuat orang jadi baik, kalau niat mereka tidak baik.
Artinya, dengan memeluk sebuah agama, tidak serta merta kita akan menjadi orang baik.
Tanpa niat yang baik, agama apapun yang dipeluk, tidak akan membuat dirinya menjadi orang baik.

Selasa, 01 Mei 2001

Kesalahan Fatal Gus Dur Berkongsi dengan PRD

Saiful Mujani: Kesalahan Presiden Wahid yang Fatal, Ajak Koalisi PRD
Berpolitik.com, Selasa, 01 Mei 2001, @10:03 WIB

Columbus -- Kegagalan Presiden Wahid dalam memimpin bangsa ini adalah tidak
melakukan koalisi dengan partai-partai yang mempunyai kekuatan riil. Bahkan
kesalahan besarnya adalah melakukan koalisi dengan Partai Rakyat Demokratik
(PRD).

"Gus Dur melakukan kesalahan-kesalahan yang fatal, malah mengajak koalisi
PRD yang hanya mempunyai kekuatan di bawah seratus ribu. Kemudian (PRD-red)
datang ke kantor PBNU, ngomong dengan Ketua PBNU, poin politiknya apa di
situ?" tutur peneliti di PPM-IAIN Jakarta, Saiful Mujani.

Dalam dialog langsung Columbus-Jakarta, dalam acara 'Ohio Coffee Morning',
dengan Radio Jakarta News FM, Senin (30/4) ini, dengan merujuk suatu hasil
penelitian, Saiful melihat, memang ada kontinuitas keberlangsungan antara
wilayah-wilayah pendukung PKI dulu dengan partai-partai yang ada sekarang
ini.

"Kan PKI tidak ada dalam Pemilu kemarin, hasil studi itu menunjukkan, cukup
lumayan wilayah-wilayah PKI yang dulu mendukung PKI, sekarang mendukung dan
mengalihkan suaranya ke PKB," tuturnya.

Orang yang menemukan studi ini, lanjut Saiful, dipanggil ke istana oleh
Presiden Wahid untuk menjelaskan secara lebih rinci, tentang
kemungkinan-kemungkinan memperbesar masa PKB ini, di wilayah yang dulu
dikuasai oleh basis-basis PKI. "Nah, dalam konteks ini saya melihat
inclusion dari Gus Dur terhadap PRD. Walaupun dalam hal ini, terlihat
kegagalan Gus Dur dalam membaca PRD. Karena PRD gagal merepresentasikan
sentimen PKI yang lama itu."

Oleh karena itu, kalau sekarang ada semacam bergaining, agenda politiknya
harus cukup jelas. Tapi itu salah, karena apa, karena yang diajak bergaining
seperti PRD, bukan yang lain. Misalnya, mengapa tidak dengan PDIP?
"Bergaining dengan PDIP kan jelas, sederhana. Tak usah dipecat itu
Laksamana, sudah beres itu. Tak usah dipecat itu Kwik, itu kan orang-orang
kunci di PDIP," tutur kandidat Doktor di The Ohio University ini.

Dirinya juga mengingatkan bahwa, dengan demikian bukan berarti ingin
mengatakan bahwa PKB kurang bagus dalam bermain politik. "Ya, ini proses
belajar. Cuma, poin yang ingin saya katakan, koalisi-koalisi yang tidak
strategis tersebut dibangun dengan imaginasi dan halusinasi bahwa yang dulu
pendukung PKI akan memindahkan suaranya ke PKB," kritiknya. *** (ais)

Sumber : http://groups.yahoo.com/group/indonesia_damai/message/5545
Proyek Bersih Parpol Hanya Slogan - AntiKorupsi.org