Tampilkan postingan dengan label Nilai Budaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Nilai Budaya. Tampilkan semua postingan

Senin, 02 April 2012

PKS Salah Hitung

Menentang Keputusan Koalisi adalah sebuah penghianatan, apalagi itu disampaikan di hadapan rakyat pemilih.
Mengapa PKS membelot, sebagai orang awam mudah saja hitung-hitungannya. PKS mengira ini sudah saatnya terjadi 98 kembali, sehingga kalau mereka Nikung duluan, mereka akan bisa sampai finis duluan.

Tapi ternyata insvestor Demo kurang Nafas, sehingga Demo itu tidak berlanjut, walaupun terdapat pasal karet yang dapat kapan saja di-implementasikan oleh Pemerintahan yang Curang ini.

Memang ada Pepatah melawan Ular harus jadi Ular. Tetapi ingat, kata kiasan itu hanya berlaku untuk orang-orang Jahat dan Penghianat. Bukan untuk para wakil rakyat.

Kalau mau fair, pada saat yang bersamaan seharusnya PKS juga langsung menarik orang-orangnya yang duduk di Pemerintahan. Inilah orang-orang yang tidak memiliki Fatsun Politik.

Rabu, 23 November 2011

Telanjang Berdua dengan Perempuan, Hakim Syariah Dainuri Wajar Dipecat

Membaca berita di Detik News ini, membuat saya semakin yakin bahwa Agama tidak dapat membuat orang menjadi baik. Tulisan ini saya sitir dari sebuah blog yang sederhana.

"Agama Tidak Membuat Orang Jadi Baik
Tidak ada satu Agama pun di dunia, yang bisa membuat orang jadi baik. Yang ada; Orang baik dan mempunyai niat yang baik, menggunakan Agama apa pun, untuk tujuan kebaikan. Pasti dia akan jadi baik.
Jadi pilihlah Agama yang sesuai dengan Hati Nurani. "

Selanjutnya silahkan baca sendiri fakta dan data dari berita yang ditulis di Detik News di bawah ini:

Kelakuan seorang hakim syariah di Tapak Tuan, NAD, Dainuri sungguh memalukan. Hakim dengan gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) itu pun sangat layak untuk dipecat.

"Ya wajar. Dia kan sudah tahu kalau berbuat dosa itu ada malaikat yang mencatatnya," kata Ketua Umum MUI Umar Shihab saat dihubungi detikcom, Rabu (23/11/2011).

Menurut Umar, Dainuri akan mendapat dosa lebih besar karena dirinya sudah mengetahui soal aturan-aturan agama. Hakim syariah seharusnya menjadi contoh bagi yang lain.

"Kalau dari segi agama ya orang-orang yang tahu dan memahami agama dan aturan, maka dosanya lebih besar dari orang yang nggak tahu," katanya.

Karena perilakunya itu, kata Umar, Dainuri sangat tidak layak menjadi hakim. "Karena orang taat agama itu diperlukan dalam melaksanakan tugas. Kalau tidak, tidak layak diangkat sebagai hakim," ujarnya.

Menurut Umar, konsekuensi yang harus dihadapi hakim syariah cabul tersebut tentu akan mendapatkan sanksi sosial. Hakim tersebut bisa dikucilkan di masyarakat dan kepercayaan masyarakat terhadap dirinya akan hilang.

"Misalnya dia kalau datang ke rumah seseorang membutuhkan sesuatu, orang itu kan sudah nggak percaya lagi dan nggak mau membantu lagi," ucapnya.

Namun jika hakim tersebut sudah berubah dan bertobat, masyarakat juga harus menerimanya. "Sebagai saudara jangan terus menerus memberikan sanksi seumur hidup. Kalau sudah berubah dan bertobat maka harus diterima," lanjutnya.

Sebelumnya ketua sidang Majelis Kehormatan Hakim (MKH) Imam Soebechi memutuskan memecat sejumlah hakim yang berperkara termasuk hakim Dainuri. Dalam MKH Nomor 2/MKH/XI/2011 memutuskan untuk memberhentikan hakim Dainuri, SHI dengan hormat, tidak atas permintaan sendiri dari jabatannya sebagai hakim Mahkamah Syariah.

Dainuri telah melakukan perbuatan yang tidak senonoh dengan Evi, perempuan yang sedang berperkara yang kasusnya ditangani Dainuri. Dainuri mengakui kalau dirinya pernah bermesraan berkali-kali dengan Evi dengan cara menggosok-gosok punggung Evi di kamar mandi dan berpangkuan dalam keadaan telanjang di hotel yang disewa olehnya.

(gus/ken)

Sumber : detikNews

Selasa, 19 April 2011

Yoyo Padi, dan Pembunuhan Munir....

Pada saat siaran TV One meliput penangkapan drumer Yoyo Padi, seorang perwira menerangkan dengan gamblang, bahwa Yoyo telah mengkonsumsi barang haram tersebut dari 10 tahun yang lalu.

Bahkan sang perwira pun tahu, bahwa jenis apa yang dikonsumsi Yoyo pada saat 10 tahun yang lalu, hingga berubah ke jenis Narkoba yang lain, karena Yoyo ganti supplier.

Huahahahaha, pernyataan sang perwira sebenarnya sama saja membeberkan bahwa Polisi sudah tahu siapa suppliernya, tetapi lagi-lagi perlakuan "Hukum Belanda" yang selalu memenangkan para penguasa ketimbang rakyat jelata. (red: penguasa memelihara supplier tsb sebagai ATM - persis seperti pada zaman belanda, hanya beda komoditasnya saja)

Di sinilah terjawab, apa hubungannya Yoyo dengan pembunuhan Munir (Pahlawan Hak Azasi Manusia). Munir pergi ke Belanda untuk sekolah, dimana cita-citanya, setelah pulang dari Belanda, maka ia akan membenahi "Hukum Peninggalan Belanda" yang selalu memihak kepada penguasa.

Jadi, Munir dimusuhi oleh tidak saja Negara-negara yang berkepentingan di Indonesia, tetapi juga oleh penghianat-penghianat bangsa.

Kami berharap, semoga akan lahir Munir Munir yang baru. Agar ada perbaikan terhadap sistem Hukum di Indonesia yang sungguh-sungguh berkeadilan.

Rabu, 10 November 2010

Obama

Kedatangannya ke Jakarta yang hanya kurang dari 24 jam, membuat macet di mana-mana. Tetapi semua Stasiun TV menyiarkan cerita yang hanya sisi baiknya saja.

Baso Sate dibahas di TV One pada jam 9.24 pagi, untuk dikembangkan sebagai makanan yang dapat dikembangkan bagi pengusaha kecil.

Inilah cerminan Bangsa kita, yang selalu ingin menempatkan diri sebagai inferior. Sehingga lebih suka menjelekan saudaranya sendiri, ketimbang orang lain.

Coba kalau yang bicara pengembangan Baso Sate itu adalah Menteri Perdagangan, mungkin akan menjadi bahan cemoohan. Tetapi lagi-lagi, karena Obama yang mengatakan, Baso Sate tiba-tiba mempunyai potensi yang besar.

Hehehehe, mungkin ini soal waktu, tapi????

Kalimat berikutnya

Selasa, 07 Juli 2009

MOS

Masa Orientasi Siswa
Mungkin memang tidak perlu dihapuskan, karena melihat dari konsep "Judulnya" yang sudah benar, tetapi penerapannya yang hingga kini selalu salah.

Dalam benak akal sehat "Masa Orientasi" adalah mengenal hal-hal yang nantinya akan dihadapi dalam masa belajar siswa di sekolah pilihannya.

Sehingga kakak-kakak kelas, seharusnya memperkenalkan kecanggihan sekolahnya, seperti bagaimana mereka harus disiplin di ruang laboratorium, bagaimana memperlakukan peralatan sekolah mereka, seperti lab komputer, buku-buku perpustakaan, dlsb.

Selain itu, para kakak-kakak kelas menunjukan prestasi yang pernah diraih oleh sekolah tersebut.

Dengan demikian, nantinya mereka (para siswa baru) akan mempunyai "Rasa Tanggung Jawab" terhadap perawatan barang-barang milik sekolah, memiliki disiplin belajar.

Bukan seperti MOS peninggalan zaman Belanda, dimana senioritas dapat berlaku sebagai penjajah. Sekarang ini kita tidak lagi berorientasi pada senioritas, tetapi lebih pada kemampuan seseorang.

Mengenai hormat menghormati, itu adanya di pelajaran "Budi Pekerti", dimana dalam hidup sehari-hari, tidak saja yang lebih muda harus menghormati yang lebih tua, tetapi sebaliknya yang lebih tua pun juga harus menghormati yang lebih muda. Disamping kemampuan seseorang memiliki juga bentuk penghormatan dalam interaksi dari sisi ke-ilmuan.

Masa Orientasi Siswa

Waaaahh,,, ternyata senin besok dah mulai MOS (masa orientasi siswa) yaa??
hahahahaha... emang kalo ngomongin MOS atau Mabis tuh gak ada abisnya... seru bangeett

Jadi inget pas MOS SMA dulu... kuncir 2 merah-putih! yang ini biar kita kliatan lebih rapih tp juga imut kaya anak desa yang cinta Indonesia.. pita juga jadi merah putih...hahaha!
Bawa tas pelastik, katanya c untuk kebersamaan.. mau kaya ataupun kurang mampu dianggap sama dimata sekolah gak dibeda-bedakan! ama topi wisuda.. berharap bisa lulus dari sekolah ini setelah 3 tahun belajar.. dan juga biar kita gak kepanasan pas disuruh ngumpul dilapangan!
Gak lupa papan nama...waktu dulu c pake karton ijo.. hahahaha!! gak lupa juga bawaan lain seperti minum, roti, mie, premen yang pake cap aneh-aneh...

Tp dalam acara ini pun Panitia sekaligus mengadakan baksos! Seperti mie, buku tulis, pulpen untuk diberikan kepada teman-teman yang masih membutuhkan!
dulu c waktu jadi peserta, ngedumel banget nie suruh bawa yang aneh-aneh,, tp ternyata setelah jadi Panitia jadi tau sendiri, apa yang dibawa ya untuk keperluan mereka sendiri.. jd gak masalah c...

Dulu tuh yang paling menegangkan saat adanya TIM DISIPLIN yang sering kita sebut TIM DIS!!
Waaahhh..takut banget deh ama tim ini,, biasanya c senior2 yang sangar mukanya... tp ada juga c kaka senior yang manis tp sok-sok galak,,,,
pokoknya kalo ada TIM DIS ini pada diem deeehh... udah takut aja mau di plonco.. tp gak tuh... cm sangar nya aja yang kaga nahaaaann....

Tahun ke dua dan tahun ke 3 di SMA akhirnya gw yang jadi panitia..... Hohohohohoh!!!!
Seneng rasanya bisa jadi panitia MOS.. tp ya berhubung wajah gw gak nyeremin tp baik hati, murah senyum dan tidak sombong, 2 tahun itu pasti jadi panitia di kelas,, namanya kakak pendamping....
jadi yang paling deket ama anak-nak di kelas... Pas Tim Dis itu masuk ikutan tegang juga c.. apalagi kalo ngeliat wajah anak-anak baru yang nunjukin khawatir dan takut juga...
padahal mah TIM DIS nya gokil-gokil.. sebelum masuk kelas mereka biasanya cekikikan dulu... wakakakaka.... ya, pinter deh acting nya kalo udah masuk kelas mah galaknya minta ampun!!!

Sayangnya gak ada foto-fotonya nie,,, kalo ada makin seru kayaknya...
enaknya jadi pendamping tuh kita bisa lebih kenal deket ama adik-adik kelas, dan setelah MOS berakhirpun kita masih deket aja,, lebih akrab lah,,,
kalo TIM DIS c pasti dihindarin,dan ditakutin!!! Wakakaka....
Tp lama-kelamaan ketauan juga Gokilnya TIM DIS Itu...
dan yang lebih asik saat ngerjain anak-anak yang ULTAH nya pas hari MOS!Kalo gak ampe nangis lom berenti deehh... Lucu jadinya setelah dia nangis terus dia ketawa-ketawa!! hahahahaha...

Saat-saat pengenalan Ekskul juga asik nie,, walaupun ada ditengah lapangan, tp tetep acara ini ditunggu-tunggu!!
Ya, yang paling Heboh pastinya saat pengenalan ekskul Marching band.... dan gw dulu ikutnya ekskul PMR... Asik banget Acara Ini....

Oia, pas hari terakhir MOS Biasanya kita mewajibkan murid baru itu untuk bikin surat suka-dukanya MOS ini, ditunjukan khusus untuk para panitia...
dan setelah evaluasi selesai saatnya pembacaan surat-surat itu....
Wakakakaka,,, opininya lucu-lucu deh... dan disurat itu ada pemilihan kakak TER....
dan waktu itu gw pernah dapet kaka terbaik (ini kebanyakan dikasih ama anak-anak yang gw dampingin) tp kakak terjutek juga ada c...wakakakaka... kalo diluar kelas gw emang sering sok jaim,, dan mungkin dianggapnya jutek kali yah.....
yah,,, masa-masa MOS itu emang merepotkan.. peserta repot, panitia repot.. apalagi kalo ada pihak sekolah yang ngacak-ngacak jadwal.. BT deeehhhh... tp ya tetap menyenangkan!!

Tp sekarang ini masih banyak banget kan MOS yang pake kekerasan,,, ini nie yang bikin citra MOS jadi jelek,, dan ada banyak orang tua juga yang gak setuju.. untuk itu peran sekolah sangat penting untuk mengontrol kakak-kakak panitia nya!! biar gak terlalu ekstrim dalam kegiatan ini,,, pernah juga denger kan kalo Masa-masa MOS ataupun OSPEK sampe menelan korban jiwa! gak banget deehh...

Tp kalo menurut gw c MOS itu gak perlu dihilangkan,, soalnya walaupun ngedumel awalnya pasti nanti jadi kenangan yang indah... Tp juga kudu yang bermanfaat seperti niat awalnya MOS itu tadi untuk mengenal lingkungan sekolah, peraturan sekolah!


Gimana Masa Orientasi kamu???

Sumber : http://blogerkesambet.blogspot.com/

Rabu, 01 April 2009

Penanaman Nilai Budaya

Semestinya sudah kasat mata bagi kita semua, kalau nilai-nilai budaya yang dikembangkan di Bumi Nusantara ini, hanyalah tarik menarik nilai-nilai budaya antara dua negara yang memiliki nilai-nilai budaya yang kuat.

Gaya hidup yang ditawarkan terlihat betolak belakang, Amerika (Barat - atau yang termasuk negara-negara Eropa) menawarkan kebebasan, sementara Arabsaudi (Timur - atau yang termasuk negara-negara Timur Tengah) menawarkan budaya non-kebabasan - terutamanya bagi kaum wanita.

Pengaruh ini terlihat dari adanya dua golongan masyarakat yang berbeda, dari cara berpakaian, cara bicara, cara tegur sapa, dan masih banyak lagi.

Sebagian keluarga menggunakan kata-kata asing untuk menggunakan sapaan kepada orang tua mereka, untuk yang berbau barat mereka lebih suka menggunakan Papi Mami, sementara yang berbau Timur Tengah lebih suka menggunakan sapaan Abi Umi.

Belum lagi, bagi keluarga-keluarga yang berpendidikan tinggi, yang menyelesaikan kuliahnya di antara kedua negara tersebut, tidak jarang menggunakan bahasa sehari-hari pergaulan mereka, dengan menggunakan bahasa Inggris bagi yang Barat, dan bahasa Arab bagi yang Timur Tengah.

Kalau tidak diperhatikan, hal ini terlihat biasa saja, tetapi kalau kita perhatikan dengan seksama, pengaruh bahasa ini akan mempengaruhi pola pikir dan gaya hidup seseorang, yang lambat laun mempengaruhi gaya hidup lingkungannya, dst dst....

Untuk itu, saya menghimbau agar kita semua menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa formal maupun bahasa pergaulan.

Bagaimana dengan ilmu pengetahuan yang biasanya dicetak dalam Bahasa Asing????
Itu menjadi kewajiban pemerintah untuk menerjemahkannya kedalam Bahasa Indonesia....

Senin, 25 Agustus 2008

Alat Analisa Sosial Budaya di Indonesia

Kita kadang sulit untuk melihat, bahwa budaya kita ini sudah diracuni oleh negara atau bangsa mana sih?

Untuk mengetahui dan kembali ke budaya asli Indonesia, sebenarnya tidaklah sulit. Karena selama ini hanya ada dua kubu besar yang bertikai di Indonesia, untuk meperebutkan, atau yang ingin memasukan nilai budaya mereka sebanyak mungkin ke Indonesia.

Sebelum kita meloncat ke negara atau bangsa mana yang ingin merebut pengaruh budayanya di Indonesia, terlebih kita harus mengetahui, tujuan mereka.

Tujuang mereka tidaklah sulit untuk ditebak, tidak lain dan tidak bukan adalah mencari keuntungan materi semata. Apapun janji yang disodorkan oleh mereka.

Untuk memudahkan, saya membaginya menjadi dua kelompok besar, yakni Inggris dengan kroni-kroninya di sisi Barat, sedangkan di sisi Timur adalah Arab Saudi dengan Kroni-kroninya.

Pertama-tama, kita mulai dari pengaruh bahasa, dari Barat kita ditekankan untuk dapat berbahasa Inggris, agar kita dapat berkomunikasi dengan dunia Internasional. Dari Timur, kita ditekankan untuk dapat berbahasa Arab, agar kita dapat berdoa secara khusuk.

Keluarga yang menganut Barat, sering kita dengar dengan sebutan Mami Papi, tetapi sebaliknya keluarga yang menganut Timur, sering kita dengar dengan sebutan Abi Uni.

Dalam dunia bahasa, karena pengaruh itu sangat kuat, sehingga dunia dengan mudah mengkleim bahwa bahasa kita tidak memiliki kepribadian bahasa yang kuat. Sehingga dalam dunia bahasa marketing, bahasa Indonesia tidak diperhitungkan, atau memang sengaja dikerdilkan.
Sebagai contoh: Negara Suomi yang penduduknya hanya ratusan ribu, bahasanya dapat kita temui tidak saja di semua perangkat lunak keluaran Microsoft, tetapi pada produk-produk elektronik rumahan. Tetapi bahasa Indonesia, dengan penduduk lebih dari 200 juta jiwa, dimana pasar elektronik begitu kuatnya, baru akhir-akhir ini kita temukan, itupun tidak di seluruh produk elektronik.

Kedua, dalam dunia model gaya berpakaian, di sisi Barat menawarkan pakaian yang minim, sedangkan di sisi Timur menawarkan pakaian yang serba tertutup. Sedangkan cara berpakaian bangsa ini, sejak dulu adalah resmi atau santai, tetapi sopan. Sopan berarti tidak harus minim atau tidak harus tertutup.

Trus apa hubungannya dengan keuntungan materi????
Jelas, jika pengaruh berpakaian mereka masuk, maka para pengusaha tekstil mereka pun akan dapat menembus pasar Indonesia dengan lebih agresif.

Belum lagi pengusaha accesoris mereka juga akan memperoleh kesempatan untuk membuka pasar yang lebih besar.

Catatan :
Negara Barat menawarkan, dengan menerapkan HAM menurut persepsi mereka, dunia akan menjadi adil dan makmur. Dengan adanya keadilan dan kemakmuran, membuat orang hidup rukun di dunia bagaikan di surga.

Negara Timur menawarkan, dengan menerapkan nilai-nilai Agama mereka, dunia akan menjadi adil dan makmur, yang akan menghantarkan mereka sampailah ke surga.

Kamis, 14 Februari 2008

Kini Warga Penghayat Kepercayaan Di Cilacap Bernafas Lega

Keluarga Besar Warga Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan YME di Kabupaten Cilacap kini bernafas lega dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan. Peraturan pemerintah ini antara lain mengatur pencatatan perkawinan para penganut aliran kepercayaan.

Direktur Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan YME Depbudpar, Drs. Sulistyo Tirtokusumo, MM mengatakan bahwa peraturan pemerintah ini merupakan rahmat bagi para penghayat. “Ini berarti hak-hak kami selaku warga negara sudah sama dengan yang lain,” katanya dalam pidato didepan keluarga besar warga Penghayat terhadap Tuhan YME di gedung Dwija Loka, Minggu (10/2) malam lalu.

Seperti pantauan CilacapMedia dari gedung Dwija Loka, ratusan warga Penghayat Kepercayaan dari seluruh penjuru Cilacap tampak antusias dan penuh kekeluargaan menghadiri acara ‘’Tumpengan Tutupan Sura’’ dalam rangka memperingati Tahun Baru 1941 Jimawal Jawa Saka dengan tema ‘’Luhuring Catur Trusing Gusti (1940), Aji Kerta Wiwaraning Manunggal (1941).

Dalam acara tersebut sekaligus penetapan 10 Pemuka Pengayat Kepercayaan untuk periode 5 tahun berdasar Keputusan Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa No.160 s/d 168 / SK / Dit.Kep / NBSF / XI / 07 tanggal 14 Nopember 2007. Juga pengukuhan perkawinan warga penghayat.

Sulistyo mengatakan selama ini upaya mencatatkan pernikahan para penghayat selalu mendapatkan hambatan di kantor catatan sipil karena belum ada dasar hukumnya. “Sekarang hati kami sudah lega,” katanya.

Selama ini, kata dia, jika ingin menikah, banyak warga penghayat yang terpaksa mengaku salah satu agama selama lebih dari 25 tahun. “Jadi pencatatan pernikahan mereka dilakukan di kantor KUA,” katanya.

Lebih lanjut Sulistyo mengatakan, sejak lahir, para penghayat dan keluarganya berhadapan dengan tindakan diskriminatif. Anak-anak pasangan penghayat tidak bisa mendapat surat kenal lahir atau akta kelahiran dengan alasan pernikahan mereka dianggap tidah sah.

Padahal mereka melangsungkan pernikahan sesuai adat dan kepercayaan masing-masing. Dinikahkan dengan penuh kasih, direstui orangtua, handai taulan, keluarga, dan saksi.

Para penghayat bukan hanya menghadapi sejumlah piranti hukum yang melecehkan hak sipil dan budaya, tetapi menghadapi pejabat negara yang menganggap para penghayat seolah bukan sebagai WNI.

Para penghayat juga kesulitan mendapatkan kartu tanda penduduk (KTP) karena tidak mau mengisi kolom agama yang resmi diakui negara.

Dengan adanya aturan ini, kata Sulistyo, hal seperti itu tidak perlu terjadi lagi. “Di KTP pun tidak usah mencantumkan agama, jadi mulai sekarang warga penghayat harus berani menunjukkan jati diri” katanya.

Hadir Bupati Cilacap, H. Probo Yulastoro yang sekaligus menyerahkan kutipan Akta Perkawinan No. Dua puluh satu / 2008 kepada delapan pasangan pengantin dari daftar pencatatan perkawinan menurut Stbld UU.No.1/1974 dan UU No.23/2006 Jo. PP No.37 /2007.

Usai penetapan 10 Pemuka Pengayat Kepercayaan dan pengukuhan perkawinan warga penghayat acara dilanjut dengan makan tumpeng yang dibawa oleh masing-masing warga yang didahului dengan ‘’Kabulan wilujeng lan pandonga’’ oleh Ki Wana Manita Roga Segara. Sebagai penutup acara digelar wayang kulit dengan dalang Ki Untung Yonoatmojo dengan lakon ‘’Wahyu Purbosejati’’

Sumber : http://www.cilacapmedia.com/index.php?option=com_content&view=article&id=610:kini-warga-penghayat-kepercayaan-di-cilacap-bernafas-lega&catid=14:budaya&Itemid=8

Jumat, 23 Juni 2000

Bersembunyi Dalam Terang

Di negeri yang konon dulu gemah ripah loh jinawi ini, ternyata masih banyak menyimpan duka dan kekerasan. Masih tersisa banyak pekerjaan rumah yang mesti dibereskan. Salah satunya adalah pengekangan hak-hak untuk beragama atau memeluk keyakinan tertentu secara asasi.

Di bawah terang purnama dan iringan musik Sunda, sebuah diskusi digelar di bilangan Pondok Gede, Taman Mini - Jakarta. Diskusi yang sengaja dinamakan Diskusi Bulan Purnama, selalu digelar sebulan sekali, tentu saja pada saat bulan sedang cantik-cantiknya. Penggiat diskusi ini adalah para aktivis, seniman, akademisi dkk, yaitu orang-orang pencari makna hidup....

Kali ini diskusi mengambil tema Agama-agama Lokal dalam Kebangsaaan, dengan menghadirkan AA Sudirman, penganut / penghayat keyakinan Sunda dan Martin Sinaga dari STF Driyarkara.

Martin Sinaga membuka paparannya tentang bagaimana agama-agama Timur termasuk agama-agama lokal di Indonesia seperti agama lokal di Sunda, Jawa, Tanah Karo, Borneo, dll, adalah keyakinan yang lebih banyak mencari bagaimana menyelaraskan / menyatukan diri dengan Yang Tertinggi.

Agama-agama lokal lebih menekankan ajaran untuk bertingkah laku baik dan selaras dengan alam, Maka tak heran bila di agama-agama lokal lebih banyak ajaran yang sangat memperhatikan lingkungan hidup.

Namun di agama-agama lokal ini tidak banyak membahas dengan detil Siapakah Yang Tertinggi tersebut. Yang utama adalah berbuat kebaikan di dunia ini. Konsep kehidupan sesudah mati tidak terlalu dibahas, bahkan di beberapa agama lokal tidak mengenal konsep surga dan neraka.

Berbeda dengan agama-agama Samawi (yang berasal dari Tanah Palestina) atau agama anak-anak Ibrahim/Abraham (Islam, Kristen, Yahudi). Agama-agama ini lebih banyak mengajarkan Siapakah Yang Tertinggi itu, atau dinamakan Allah dan bagaimana cara menyembahNya. Maka agama-agama ini mempunyai kitab suci, berisi sifat-sifat Allah itu dan ritual-ritual dan seperangkat aturan untuk memuliakanNya. Termasuk juga di agama-agama Samawi membahas soal kehidupan sesudah mati, dengan surga dan neraka.

Kedatangan modernitas di Indonesia mendorong berdirinya negara-bangsa. Berdirinya negara-bangsa, akhirnya mendorong diperlukan formalisasi terhadap agama-agama yang ada. Seperti di Indonesia, muncullah lembaga pemerintah yang bernama Departemen Agama. Departemen inilah yang menjadi mesin formalisasi agama-agama yang ada.

Dari kacamata agama-agama Samawi, maka yang disebut agama adalah mereka yang mempunyai kitab suci. Di luar itu, mereka dikategorikan kepercayaan. Beberapa fakta kemudian bergulir, seperti upaya pemerintah untuk mengajak komunitas-komunitas penghayat untuk menjadi pengikut agama formal.

Dari diskusi ini aku baru paham ternyata di Bali sebelum negara Indonesia ini berdiri, penduduk asli Bali tidak menyebut diri mereka pemeluk Hindu, tetapi mereka adalah penganut keyakinan Tirte (tirta=air). Namun atas 'bujuk rayu' pemerintah kala itu, maka lama kelamaan masyarakat Bali mengidentifikasi dirinya adalah pemeluk Hindu.

Begitu juga di banyak daerah lain. Banyak penganut-penganut kepercayaan yang dengan terpaksa memeluk agama-agama formal seperti Islam dan Kristen, demi menghindari kesulitan-kesulitan sosial. Seperti tidak diakui pernikahannya, anak tidak mendapat surat tanda lahir, atau dianggap anak haram.

Cerita yang sama, diungkapkan AA Sudirman salah satu penghayat Keyakinan Sunda, Pernikahan mereka yang sesuai dengan keyakinan Sunda, ternyata tidak diakui oleh Negara. Anak-anak mereka mendapat status anak haram, walaupun kedua pasangan orang tuanya menikah resmi secara keyakinan mereka. Bahkan pada awal tahun 50-an, sebuah desa di Ciparay, para penganut keyakinan Sunda sempat dibantai oleh golongan lain, hanya semata mereka menganut keyakinan yang berbeda.

Para penganut keyakinan Sunda (dan penganut keyakinan yang lain di Nusantara) sampai sekarang masih mempertahankan ajaran mereka, walaupun secara sosial mereka kadang mesti mengaku pemeluk agama-agama formal.

Ini mirip seperti situasi para penganut Khong Hu Chu sebelum keyakinan ini diakui agama oleh negara saat pemerintahan Gus Dur. Banyak penganut Khong Hu Chu yang kemudian di KTP beragama Budha. Semata-mata untuk menghindari kesulitan-kesulitan sosial.

Mereka para penganut keyakinan Sunda ini mengistilahkan tindakan ini sebagai "Bersembunyi Dalam Terang". Istilah yang puitis, tapi sebenarnya merupakan luka yang perih, karena mereka tidak diperbolehkan hidup dalam keyakinan sendiri.

Dalam diskusi ini juga membuka mata peserta, bahwa labelisasi adalah sesuatu hal yang mesti dihindari. Perspektif multikultural yang menghormati dengan cara pandang masing-masing komunitas mesti kedepankan. Karena labelisasi ini justru sering menimbulkan salah persepsi dan penindasan-penindasan berikutnya.

Salah satu contoh adalah kita sudah terbiasa menyebut sebuah masyarakat di kaki pegunungan Kendeng, dengan sebutan Baduy. Padahal mereka sendiri tidak pernah menyebut diri Baduy. Masyarakat itu menyebut diri mereka masyarakat Kanekes. Istilah Baduy dilabelkan masyarakat luar, karena mereka sering berladang pindah, sehingga mirip dengan sebuah suku di Arab yaitu Badawi. Maka sejak itulah mereka disebut Baduy.

Begitu juga kita mengenal masyarakat Samin di daerah Blora - Jawa Tengah. Istilah samin adalah julukan dari luar. Mereka sendiri menyebut dirinya adalah masyarakat Sedulur Sikep. Kata samin sendiri di Jawa konotasinya lalu berkembang menjadi: bodoh. Padahal masyarakat Sedulur Sikep -lah yang berani melawan kolonial Belanda lewat kata-kata.

Hal ini sebenarnya sama saja kalau kita menyebut diri kita orang Indonesia, tapi orang Belanda menyebut kita : inlander.

Ternyata masih banyak hal yang belum aku pahami dan masih perlu banyak kearifan untuk memajukan bangsa ini.

Sumber : http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=1621
Proyek Bersih Parpol Hanya Slogan - AntiKorupsi.org