Banyak orang yang mencoba memojokan Susno Duadji dari konteks tidak loyal terhadap lembaga dimana Susno dibesarkan.
Melihat sepak terjang Susno Duadji, sudah saatnya kita memilah-milah dengan cermat.
Sebab, pembeberan Susno Duadji terhadap adanya kegiatan korupsi di lingkungan Ia bekerja, berarti Susno ingin lembaga tersebut bersih. Dimanapun doktrinnya Pegawai atau Aparat Pemerintah Indonesia loyalitas tertinggi adalah Pancasila dan UUD 45 yang pasti bersih dari Korupsi. Jadi tindakan Susno Duadji membongkar mafia hukum di tubuh Polri (lembaganya sendiri) adalah tindakan yang sudah sangat tepat.
Tetapi mengapa ia disebut oleh politisi dari Partai Demokrat, seperti saya kutip dari Detik.com "Kenapa bapak baru membuka masalah makelar kasus ini sekarang?Harusnya kan bapak bisa membongkar ini dari dulu. Ya maaf bapak sudah kayak pendekar mabok saja," kata Ruhut di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (8/4/2010).
Source : http://www.detiknews.com/read/2010/04/08/153053/1334723/10/ruhut-sebut-susno-bak-pendekar-mabok
Kita mungkin lupa, kejadian tahun 1998, betapa kuatnya kroni-kroni ditubuh Lembaga Pemerintahan dan Pemerintahan itu sendiri, sehingga kekuatan apapun dari dalam tidak akan pernah bisa merubah kekuasaan rezim Soeharto yang korupsi.
Dan saya pikir kekuatan Susno ketika menjabat Kabareskrim yang diikat oleh "Sumpah Jabatan" yang begitu Bersifat Mengikat ke Dalam Lembaga ketimbang mengikat kepada loyalitas kepada Pancasila dan UUD 45, memposisikan dirinya harus manut kepada atasannya.
Memang saatnya sekaranglah, ketika Ia tidak lagi terikat oleh Sumpah Jabatan, Ia lebih bisa leluasa mengungkapkan kasus-demi-kasus.
Terlepas Susno sendiri bersih atau tidak, terlepas dari niatnya membongkar karena ia sakit hati atau apapun, tetapi niatnya membongkar Mafia Hukum / Makelar Kasus patut diajungi jempol.
Waspadai pengaruh Barat,Timur Tengah, dan Asia Timur
Sudah saatnya kita menggali kembali EKSISTENSI BUDAYA BANGSA KITA SENDIRI
Kearifan Lokal Leluhur Nusantara, Bukan Leluhur Barat, Bukan Leluhur Timur Tengah dan Bukan Leluhur Asia Timur
Barat Menipu Berkedok HAM, Timur Tengah Menipu Berkedok Agama, Asia Timur Menipu Berkedok Dagang
Tampilkan postingan dengan label Polemik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Polemik. Tampilkan semua postingan
Senin, 26 April 2010
Minggu, 10 Januari 2010
Permintaan Maaf Kepada Bapak Susno Duadji
Melihat kesaksian Bapak Susno Duadji di persidangan mantan Ketua KPT Antasari, sangat mengejutkan saya secara pribadi.
Kalau sebelumnya saya sangat melecehkan pernyataan-pernyataannya. Tetapi pernyataannya dalam persidangan mantan Ketua KPK tersebut, membuat saya angkat topi.
Memang bapak Susno bukan orang yang pertama yang terketuk hati nuraninya untuk menegakan keadilan di bumi tercinta ini. Bapak Wiliardi Wizard sudah lebih dahulu mengungkapan kebobrokan yang ada di dalam tubuh POLRI yang kita cintai bersama.
Tetapi satu sisi, ketika dua orang Perwira Polisi sudah menyatakan kebenaran atau membongkar kebobrokan, di sisi lain seolah-olah ada yang kebakaran jenggot, yakni orang-orang Kejaksaan.
Pertanyaannya? Kapan dua unsur terkait (Kejaksaan dan Kehakiman) ingin pula mengikuti "Jejak Kebaikan" yang sudah terlebih dahulu dilakukan di dalam tubuh Kepolisian.
Karena sangat tidak mungkin adanya mafia peradilan, hanya dilakukan oleh satu lembaga saja, yakni kepolisian. Karena sebuah kasus itu khan jalannya di 3 (tiga) lembaga tersebut.
Kalau sebelumnya saya sangat melecehkan pernyataan-pernyataannya. Tetapi pernyataannya dalam persidangan mantan Ketua KPK tersebut, membuat saya angkat topi.
Memang bapak Susno bukan orang yang pertama yang terketuk hati nuraninya untuk menegakan keadilan di bumi tercinta ini. Bapak Wiliardi Wizard sudah lebih dahulu mengungkapan kebobrokan yang ada di dalam tubuh POLRI yang kita cintai bersama.
Tetapi satu sisi, ketika dua orang Perwira Polisi sudah menyatakan kebenaran atau membongkar kebobrokan, di sisi lain seolah-olah ada yang kebakaran jenggot, yakni orang-orang Kejaksaan.
Pertanyaannya? Kapan dua unsur terkait (Kejaksaan dan Kehakiman) ingin pula mengikuti "Jejak Kebaikan" yang sudah terlebih dahulu dilakukan di dalam tubuh Kepolisian.
Karena sangat tidak mungkin adanya mafia peradilan, hanya dilakukan oleh satu lembaga saja, yakni kepolisian. Karena sebuah kasus itu khan jalannya di 3 (tiga) lembaga tersebut.
Rabu, 28 Januari 2009
Megawati Institute Beberkan Kegagalan Janji SBY-JK
Rabu, 28 Januari 2009 | 16:36 WIB
SOLO, RABU — Tak hanya perang kata-kata dan iklan yang kini terjadi antara kubu Megawati dan kubu SBY yang memanas. Tim ekonomi Megawati Institute membeberkan fakta-fakta kegagalan janji-janji duet SBY-JK dalam kampanye Pilpres 2004, terkait pada tingkat pertumbuhan, mengurangi pengangguran, sampai janji dalam mengurangi tingkat kemiskinan.
Janji terkait soal pertumbuhan setiap tahun pemerintahan SBY-JK dinilai gagal. Target pertumbuhan ekonomi hanya sukses dicapai pada tahun pertama. Tahun 2005 dijanjikan tingkat pertumbuhan sebesar 5,5 persen dan terealisasi 5,6 persen.
Untuk tahun 2006 dijanjikan pertumbuhan 6,1 persen. Namun, berdasar catatan Mega Institute, pertumbuhan hanya sebesar 5,5 persen. Di tahun 2007, janji peningkatan pertumbuhan oleh pemerintah sebesar 6,7 persen, terealisasi hanya 6,3 persen saja. Adapun di tahun 2008, janji peningkatan pertumbuhan sebesar 7,2 persen dan hanya terealisasi 6,1 persen.
Secara keseluruhan selama pemerintahan ini berjalan malah defisit -0,5 persen dalam pemenuhan janji pada sektor ini. Pertumbuhan ekonomi rata-rata hanya 6,6 persen dari target awal sebesar 7,6 persen.
Pemerintahan SBY juga gagal memenuhi janji melakukan penurunan tingkat pengangguran. Mega Institute mencatat, pengangguran di tahun 2008 dijanjikan dapat diturunkan sebesar 6,6 persen, tapi malah bertambah menjadi 8,46 persen.
Rachmat Hidayat
Sumber : Persda Network
Diambil dari : http://www.kompas.com/read/xml/2009/01/28/16362569/megawati.institute.beberkan.kegagalan.janji.sby-jk..
SOLO, RABU — Tak hanya perang kata-kata dan iklan yang kini terjadi antara kubu Megawati dan kubu SBY yang memanas. Tim ekonomi Megawati Institute membeberkan fakta-fakta kegagalan janji-janji duet SBY-JK dalam kampanye Pilpres 2004, terkait pada tingkat pertumbuhan, mengurangi pengangguran, sampai janji dalam mengurangi tingkat kemiskinan.
Janji terkait soal pertumbuhan setiap tahun pemerintahan SBY-JK dinilai gagal. Target pertumbuhan ekonomi hanya sukses dicapai pada tahun pertama. Tahun 2005 dijanjikan tingkat pertumbuhan sebesar 5,5 persen dan terealisasi 5,6 persen.
Untuk tahun 2006 dijanjikan pertumbuhan 6,1 persen. Namun, berdasar catatan Mega Institute, pertumbuhan hanya sebesar 5,5 persen. Di tahun 2007, janji peningkatan pertumbuhan oleh pemerintah sebesar 6,7 persen, terealisasi hanya 6,3 persen saja. Adapun di tahun 2008, janji peningkatan pertumbuhan sebesar 7,2 persen dan hanya terealisasi 6,1 persen.
Secara keseluruhan selama pemerintahan ini berjalan malah defisit -0,5 persen dalam pemenuhan janji pada sektor ini. Pertumbuhan ekonomi rata-rata hanya 6,6 persen dari target awal sebesar 7,6 persen.
Pemerintahan SBY juga gagal memenuhi janji melakukan penurunan tingkat pengangguran. Mega Institute mencatat, pengangguran di tahun 2008 dijanjikan dapat diturunkan sebesar 6,6 persen, tapi malah bertambah menjadi 8,46 persen.
Rachmat Hidayat
Sumber : Persda Network
Diambil dari : http://www.kompas.com/read/xml/2009/01/28/16362569/megawati.institute.beberkan.kegagalan.janji.sby-jk..
PDIP: SBY Tirulah Mega
28/01/2009 - 20:50
Djibril Muhammad
INILAH.COM, Jakarta - Serangkaian iklan yang digelontorkan Partai Demokrat dengan berbagai macam keberhasilan pemerintah SBY, dinilai PDIP sebagai sebuah kekeliruan. Sebab, berbagai keberhasilan tersebut hampir dari keseluruhannya tidak mendasar. Iklan tersebut tidak lain untuk menutupi berbagai kelemahan SBY.
"Kalau betul bahwa pemerintah itu sarat prestasi, seharusnya tidak usah iklan. Iklan memang dimaksudkan untuk menutupi kelemahan-kelemahan pemerintah di bidang yang defisit prestasi. Iklan pemerintah memang ditujukan mengelabui rakyat," kata salah satu anggota Dewan Pakar Ekonomi Megawati Institute, Hendrawan Suparatikno.
Hal tersebut disampaikan dalam keterangan persnya di sela-sela, Rakernas ke-IV PDIP di Solo, Jateng, Rabu (28/1). Menurutnya, beberapa keberhasilan itu seperti pencapaian swasembada beras pada 2008, sebenarnya tidak terpenuhi. Sebab saat ini Indonesia masih mengimpor beras rata-rata sebanyak 28,8 juta kg per bulan.
"Anda tahu bahwa konsumsi beras rata-rata 10 kg per bulan. Jadi impor beras sebanyak itu cukup untuk memenuhi kebutuhan beras sebanyak 2,88 juta orang. Kok berani beraninya mengklaim telah berhasil berswasembada beras. Sementara 2,88 juta orang diberi makan dengan beras impor?" beber dosen ekonomi Universitas Kristen Salatiga ini.
Padahal, pada 2004 ketika Megawati menjabat sebagai presiden, Indonesia telah mencapai swasembada beras. Ketika itu Menteri Pertanian dijabat Bungaran Saragih. Namun, Ketum PDIP itu tidak menggembar-gemborkan prestasi tersebut.
Begitu juga dengan iklan utang rasio Indonesia, yang diklaim diturunkan 34% dari PDB. Padahal sebenarnya pemerintah sekarang inilah yang mewariskan utang terbesar yang berjumlah US$ 86 miliar. Itu juga ditambah dengan utang domestik sebesar Rp 519 triliun.
"Kalau nilai tukar adalah Rp 11.000 per dolar, maka jumlah utang pemerintah adalah sebesar Rp 1,456 triliun. Sebuah jumlah utang paling besar dalam sejarah berdirinya Indonesia. Jadi bayi yang baru lahir sekalipun harus menanggung beban utang sebesar Rp 11,5 juta. Karena itu, tangisan bayi-bayi di republik ini adalah yang paling nyaring," jelasnya.
Jika dibandingkan dengan jumlah utang di akhir pemerintahan Megawati, lanjut dia, totalnya hanya berkisar Rp 1.100 triliun. Jadi selisihnya dengan pemerintahan SBY sebanyak Rp 365 triliun. Pemerintahan SBY setiap tahunnya menambah utang sejumlah Rp 91 triliun.
"Jadi siapa yang mewariskan utang lebih banyak, Ibu Mega atau SBY? Jadi siapa yang lebih berprestasi dalam menekan utang pemerintah Ibu Mega atau SBY?" tanyanya. [jib/bar]
Sumber : http://www.inilah.com/berita/politik/2009/01/28/79510/pdip-sby-tirulah-mega/
Djibril Muhammad
INILAH.COM, Jakarta - Serangkaian iklan yang digelontorkan Partai Demokrat dengan berbagai macam keberhasilan pemerintah SBY, dinilai PDIP sebagai sebuah kekeliruan. Sebab, berbagai keberhasilan tersebut hampir dari keseluruhannya tidak mendasar. Iklan tersebut tidak lain untuk menutupi berbagai kelemahan SBY.
"Kalau betul bahwa pemerintah itu sarat prestasi, seharusnya tidak usah iklan. Iklan memang dimaksudkan untuk menutupi kelemahan-kelemahan pemerintah di bidang yang defisit prestasi. Iklan pemerintah memang ditujukan mengelabui rakyat," kata salah satu anggota Dewan Pakar Ekonomi Megawati Institute, Hendrawan Suparatikno.
Hal tersebut disampaikan dalam keterangan persnya di sela-sela, Rakernas ke-IV PDIP di Solo, Jateng, Rabu (28/1). Menurutnya, beberapa keberhasilan itu seperti pencapaian swasembada beras pada 2008, sebenarnya tidak terpenuhi. Sebab saat ini Indonesia masih mengimpor beras rata-rata sebanyak 28,8 juta kg per bulan.
"Anda tahu bahwa konsumsi beras rata-rata 10 kg per bulan. Jadi impor beras sebanyak itu cukup untuk memenuhi kebutuhan beras sebanyak 2,88 juta orang. Kok berani beraninya mengklaim telah berhasil berswasembada beras. Sementara 2,88 juta orang diberi makan dengan beras impor?" beber dosen ekonomi Universitas Kristen Salatiga ini.
Padahal, pada 2004 ketika Megawati menjabat sebagai presiden, Indonesia telah mencapai swasembada beras. Ketika itu Menteri Pertanian dijabat Bungaran Saragih. Namun, Ketum PDIP itu tidak menggembar-gemborkan prestasi tersebut.
Begitu juga dengan iklan utang rasio Indonesia, yang diklaim diturunkan 34% dari PDB. Padahal sebenarnya pemerintah sekarang inilah yang mewariskan utang terbesar yang berjumlah US$ 86 miliar. Itu juga ditambah dengan utang domestik sebesar Rp 519 triliun.
"Kalau nilai tukar adalah Rp 11.000 per dolar, maka jumlah utang pemerintah adalah sebesar Rp 1,456 triliun. Sebuah jumlah utang paling besar dalam sejarah berdirinya Indonesia. Jadi bayi yang baru lahir sekalipun harus menanggung beban utang sebesar Rp 11,5 juta. Karena itu, tangisan bayi-bayi di republik ini adalah yang paling nyaring," jelasnya.
Jika dibandingkan dengan jumlah utang di akhir pemerintahan Megawati, lanjut dia, totalnya hanya berkisar Rp 1.100 triliun. Jadi selisihnya dengan pemerintahan SBY sebanyak Rp 365 triliun. Pemerintahan SBY setiap tahunnya menambah utang sejumlah Rp 91 triliun.
"Jadi siapa yang mewariskan utang lebih banyak, Ibu Mega atau SBY? Jadi siapa yang lebih berprestasi dalam menekan utang pemerintah Ibu Mega atau SBY?" tanyanya. [jib/bar]
Sumber : http://www.inilah.com/berita/politik/2009/01/28/79510/pdip-sby-tirulah-mega/
Senin, 25 Agustus 2008
Alat Analisa Sosial Budaya di Indonesia
Kita kadang sulit untuk melihat, bahwa budaya kita ini sudah diracuni oleh negara atau bangsa mana sih?
Untuk mengetahui dan kembali ke budaya asli Indonesia, sebenarnya tidaklah sulit. Karena selama ini hanya ada dua kubu besar yang bertikai di Indonesia, untuk meperebutkan, atau yang ingin memasukan nilai budaya mereka sebanyak mungkin ke Indonesia.
Sebelum kita meloncat ke negara atau bangsa mana yang ingin merebut pengaruh budayanya di Indonesia, terlebih kita harus mengetahui, tujuan mereka.
Tujuang mereka tidaklah sulit untuk ditebak, tidak lain dan tidak bukan adalah mencari keuntungan materi semata. Apapun janji yang disodorkan oleh mereka.
Untuk memudahkan, saya membaginya menjadi dua kelompok besar, yakni Inggris dengan kroni-kroninya di sisi Barat, sedangkan di sisi Timur adalah Arab Saudi dengan Kroni-kroninya.
Pertama-tama, kita mulai dari pengaruh bahasa, dari Barat kita ditekankan untuk dapat berbahasa Inggris, agar kita dapat berkomunikasi dengan dunia Internasional. Dari Timur, kita ditekankan untuk dapat berbahasa Arab, agar kita dapat berdoa secara khusuk.
Keluarga yang menganut Barat, sering kita dengar dengan sebutan Mami Papi, tetapi sebaliknya keluarga yang menganut Timur, sering kita dengar dengan sebutan Abi Uni.
Dalam dunia bahasa, karena pengaruh itu sangat kuat, sehingga dunia dengan mudah mengkleim bahwa bahasa kita tidak memiliki kepribadian bahasa yang kuat. Sehingga dalam dunia bahasa marketing, bahasa Indonesia tidak diperhitungkan, atau memang sengaja dikerdilkan.
Sebagai contoh: Negara Suomi yang penduduknya hanya ratusan ribu, bahasanya dapat kita temui tidak saja di semua perangkat lunak keluaran Microsoft, tetapi pada produk-produk elektronik rumahan. Tetapi bahasa Indonesia, dengan penduduk lebih dari 200 juta jiwa, dimana pasar elektronik begitu kuatnya, baru akhir-akhir ini kita temukan, itupun tidak di seluruh produk elektronik.
Kedua, dalam dunia model gaya berpakaian, di sisi Barat menawarkan pakaian yang minim, sedangkan di sisi Timur menawarkan pakaian yang serba tertutup. Sedangkan cara berpakaian bangsa ini, sejak dulu adalah resmi atau santai, tetapi sopan. Sopan berarti tidak harus minim atau tidak harus tertutup.
Trus apa hubungannya dengan keuntungan materi????
Jelas, jika pengaruh berpakaian mereka masuk, maka para pengusaha tekstil mereka pun akan dapat menembus pasar Indonesia dengan lebih agresif.
Belum lagi pengusaha accesoris mereka juga akan memperoleh kesempatan untuk membuka pasar yang lebih besar.
Catatan :
Negara Barat menawarkan, dengan menerapkan HAM menurut persepsi mereka, dunia akan menjadi adil dan makmur. Dengan adanya keadilan dan kemakmuran, membuat orang hidup rukun di dunia bagaikan di surga.
Negara Timur menawarkan, dengan menerapkan nilai-nilai Agama mereka, dunia akan menjadi adil dan makmur, yang akan menghantarkan mereka sampailah ke surga.
Untuk mengetahui dan kembali ke budaya asli Indonesia, sebenarnya tidaklah sulit. Karena selama ini hanya ada dua kubu besar yang bertikai di Indonesia, untuk meperebutkan, atau yang ingin memasukan nilai budaya mereka sebanyak mungkin ke Indonesia.
Sebelum kita meloncat ke negara atau bangsa mana yang ingin merebut pengaruh budayanya di Indonesia, terlebih kita harus mengetahui, tujuan mereka.
Tujuang mereka tidaklah sulit untuk ditebak, tidak lain dan tidak bukan adalah mencari keuntungan materi semata. Apapun janji yang disodorkan oleh mereka.
Untuk memudahkan, saya membaginya menjadi dua kelompok besar, yakni Inggris dengan kroni-kroninya di sisi Barat, sedangkan di sisi Timur adalah Arab Saudi dengan Kroni-kroninya.
Pertama-tama, kita mulai dari pengaruh bahasa, dari Barat kita ditekankan untuk dapat berbahasa Inggris, agar kita dapat berkomunikasi dengan dunia Internasional. Dari Timur, kita ditekankan untuk dapat berbahasa Arab, agar kita dapat berdoa secara khusuk.
Keluarga yang menganut Barat, sering kita dengar dengan sebutan Mami Papi, tetapi sebaliknya keluarga yang menganut Timur, sering kita dengar dengan sebutan Abi Uni.
Dalam dunia bahasa, karena pengaruh itu sangat kuat, sehingga dunia dengan mudah mengkleim bahwa bahasa kita tidak memiliki kepribadian bahasa yang kuat. Sehingga dalam dunia bahasa marketing, bahasa Indonesia tidak diperhitungkan, atau memang sengaja dikerdilkan.
Sebagai contoh: Negara Suomi yang penduduknya hanya ratusan ribu, bahasanya dapat kita temui tidak saja di semua perangkat lunak keluaran Microsoft, tetapi pada produk-produk elektronik rumahan. Tetapi bahasa Indonesia, dengan penduduk lebih dari 200 juta jiwa, dimana pasar elektronik begitu kuatnya, baru akhir-akhir ini kita temukan, itupun tidak di seluruh produk elektronik.
Kedua, dalam dunia model gaya berpakaian, di sisi Barat menawarkan pakaian yang minim, sedangkan di sisi Timur menawarkan pakaian yang serba tertutup. Sedangkan cara berpakaian bangsa ini, sejak dulu adalah resmi atau santai, tetapi sopan. Sopan berarti tidak harus minim atau tidak harus tertutup.
Trus apa hubungannya dengan keuntungan materi????
Jelas, jika pengaruh berpakaian mereka masuk, maka para pengusaha tekstil mereka pun akan dapat menembus pasar Indonesia dengan lebih agresif.
Belum lagi pengusaha accesoris mereka juga akan memperoleh kesempatan untuk membuka pasar yang lebih besar.
Catatan :
Negara Barat menawarkan, dengan menerapkan HAM menurut persepsi mereka, dunia akan menjadi adil dan makmur. Dengan adanya keadilan dan kemakmuran, membuat orang hidup rukun di dunia bagaikan di surga.
Negara Timur menawarkan, dengan menerapkan nilai-nilai Agama mereka, dunia akan menjadi adil dan makmur, yang akan menghantarkan mereka sampailah ke surga.
Langganan:
Postingan (Atom)