Anggota legislatif priode 2004 - 2009, merupakan pembelajaran bagi rakyat Indonesia untuk melihat, bahwa ada beberapa Anggota Dewan Yang Terhormat, atau yang bertindak dengan cara berjamaah, memainkan kekuasaannya, bukan berdasarkan Amanat Rakyat yang memilihnya.
Melupakan Amanat Rakyat, sama halnya dengan menghianati bangsa-nya sendiri. Karena rakyat yang memberikan haknya kepada Anggota Dewan pilihannya, berharap agar bangsa ini lebih baik nasibnya dari hari ke hari.
Bukan justru, setelah mereka mendapatkan legitimasi kekuasaan dari Amanat Rakyat, memainkannya untuk memperburuk nasib bangsa ini, terlebih justru berlomba untuk korupsi.
Karena memang tidak sedikit, kalau tidak mau dibilang banyak sekali Calon Anggota Legislatif yang menghabiskan uang, bagi kepentingan kampanyenya. Tidak heran, setelah mereka menang, malah justru sibuk untuk mengembalikan uang yang dipakai kampanye tadi atau yang mereka sebut sebagai investasi.
Sedih sekali melihat pola pikir mereka, bahwa menjadi Anggota Dewan adalah sebuah pekerjaan dengan gaji besar, bukan panggilan nurani karena memikirkan bangsa-nya yang sedang terpuruk ini.
Untuk itu, saya menghimbau teman-teman agar terus mengkritisi para politisi politikus tersebut, dengan tulisan-tulisan yang independen. Agar orang-orang yang masih memiliki nurani dan dapat melihatnya dengan matahati mereka, untuk terus memperjuangkan kebesaran bangsa ini dikemudian hari. Amin
Salah satu cara untuk mengkritisi para politisi tersebut, maka dalam kondisi kekuatan penguasa yang harus berkoalisi ini. Kita harus mengawal trus para menteri di kabinet, dengan melihat asal partainya, bukan lagi pada siapa presidennya.
Karena dalam sistem pengelolaan kekuasaan berdasarkan koalisi, tidak menutup kemungkinan bahwa penggembosan justru datang dari salah satu partai didalamnya sendiri.
Kalau tidak kita mulai dari sekarang, maka kapan kita akan memulainya....
4 komentar:
aQ bobo seharian.. baru bangun :(
Dari awal kita sudah dapat menduga bahwa mendirikan partai dinegeri ini tidak lebih untuk mendapatkan kekuasaan lewat kursi legislatif, bukan untuk mewakili rakyat, jika seandainya ingin mengabdi tidak perlu banyak partai, cukup sudah terwakili dengan tiga atau empat saja. Nasionalis, agamis dan partai tengah...cukup khan! karena banyak partai makin banyak masalah....koalisi!. Didalam koalisi masih saling sikut..dan berebut kue yang paling besar.....
kasian, negeri ini makin tua makin amburadul....tidak adakah pemimpin dinegeri ini seperti para pemimpin dijaman revolusi yang mengambdi untuk negara dengan sepenuh jiwa raga...coba anda lihat para veteran yg kadang ada yg tidak bisa makan saat ini, sementara generasinya berebut emas dikursi singgasana.......maaf ya..buat yg merasa..
saya lebih setuju dua partai saja
kemaren gak kebagian undangan nyontreng, gak mo tanggung jawab atas pemerintahan 5 tahun kedepan...
Posting Komentar