Dalam kehidupan demokratis, seorang harus menempatkan diri sebagai orang yang kritis dan mau dikritisi.
Tidak seperti penulis buku yang maunya meng-kritisi Presiden, dengan data-data sampah, tetapi ketika dirinya dikritisi, bukan malah legowo, justru memukul orang yang meng-kritisinya.
Tentang banyaknya orang yang "double standart" di negeri ini, mungkin tidak mengherankan bagi saya. Walaupun saya sedih, karena ini dapat mempengaruhi pikiran orang-orang yang mendengarkan berita dan males membaca.
Yang lebih menyedihkan bagi saya adalah, kita sama-sama tau, pada era Soeharto, orang-orang yang dapat mengkritisi, dan mendapatkan tanggapan negatif dari penguasa, akan mendapatkan uang dari badan-badan intelijen asing, yang besarnya berbanding menaik, sesuai dengan panasnya suhu politik yang dapat dibuat oleh orang-orang ini.
Tetapi mereka-mereka para Agen Intelijen Asing (yang melacurkan diri pada intelijen negara lain), lupa bahwa zaman sudah berubah. Sehingga orang sekarang lebih sulit dibohongi dengan gosip politik kacangan, seperti yang baru dilansir baru-baru ini.
Saya menghimbau, bagi para pelacur-pelacur tersebut, ayolah kita bangun bangsa ini dengan membongkar semua kasus dengan data-data yang memang benar-benarvalid.
1 komentar:
yep, thanks sdh berbagi artikel ini. happy new year.
Posting Komentar