1) Jaman Majapahit "SERAT DARMOGANDUL" oleh Laurent
2) Jaman Pajajaran oleh wachdiejr
3) Mohtar Lubis : Islam masuk Indonesia secara damai ?
4) Terror Agama Islam Mazhab Hambali di Tanah Batak
oleh: Batara R. Hutagalung
5) KERIS: lambang peradaban Melayu (pra-Islam) yg dihancurkan Islam, oleh : Orang Melayu, Dr Fachdie Noor
6) Ulasan tentang Buku VS NAIPAUL, 'Beyond belief : Islamic Excursions Among the Converted Peoples. In the Land of Converts: An Islamic Journey'
7) Jihad di Lombok dan Bali
Nuansa masuknya Islam ke Indonesia ada pada Serat "Darmo Gandhul"
Tidak pernah diceritakan dalam sejarah, saat kita di Sekolah dahulu, bahwa masuknya Islam ke Tanah Jawa ternyata menyimpan cerita yang sungguh luar biasa kasarnya.
Kejadian tersebut ternyata terekam dalam Serat Darmo Gandhul. Dalam serat yang aslinya berbahasa Jawa Kuno, dipaparkan perjalanan beberapa wali, juga hambatan dan benturan dengan Budaya, Agama Lokal, dan Agama-agama Pendatang yang sudah lebih dahulu ada di tanah Jawa ketimbang Islam.
Penulis serat ini sendiri tidak menunjukkan jati diri aslinya. Hal ini, disebabkan kondisi yang tidak aman, jika penulis memberikan indentitas aslinya. Tetapi, dari gaya tulisannya, dapat ditafsirkan penulis serta tersebut adalah Ronggo Warsito.
Ia menggunakan nama samaran Ki Kalam Wadi, yang berarti Rahasia atau Kabar Yang Dirahasiakan. Ditulis dalam bentuk prosa dengan pengkisahan yang menarik. Isi Darmo Gandhul tentu saja mengagetkan kita yang selama ini mengira bahwa masuknya agama Islam di Indonesia dilakukan dengan cara damai (dibawa oleh saudagar2 penipu), dan seolah tanpa gaya-gaya kebiadaban perang seperti di negeri lahirnya Agama Islam.
Mengungsinya para pemeluk Hindu dan Budha ke berbagai wilayah, misalnya ke Pulau Bali, ke kawasan pegunungan dan hutan rimba, adalah salah satu pertanda bahwa mereka menghindari tindakan pembantaian massal oleh sekelompok orang yang ingin meng-Islam-kan P Jawa.
Dengan versi singkat Darmo Gandhul yang dirangkum dari Tabloid Posmo terbitan Surabaya. Dapat lebih mudah dipahami oleh pembaca yang awam sekalipun, Posmo menyuntingnya disana-sini. Yang menjadi catatan, kita harus kritis menyikapi isi cerita yang mungkin juga sangat tendensius ini.
Isi dari serat ini rasanya masih relevan dikaitkan dengan zaman sekarang, dimana mulai bermunculan kelompok fundamentalis Islam, terorisme yang mengatas namakan agama, dan juga kelompok-kelompok yang bermimpi untuk mendirikan kekhalifahan Islam di negeri ini.
Tokoh2 terkait:
Para penulis :
- Ki Kalam Wadi - Penulis Serat
- Raden Budi - guru Ki Kalam Wadi
- Darmo Gandhul - murid Ki Kalam Wadi
Para pelaku :
- Prabu Brawijaya - Raja Majapahit terakhir, sangat menyesali atas hilangnya sifat dan sikap Budi Luhur putranya Raden Patah YTPHN, karena ajaran Agama Pendatang. Yang pada akhirnya, dengan tega menghianati dan menggulingkan dirinya dari tampuk kepemimpinannya, demi memuluskan penyebaran Agama Islam
- Putri Campa (Dwarawati? Dara Petak?) - permaisuri Prabu Brawijaya
dari Cina yg memperkenalkan Islam pada Pabu Brawijaya, yang kemudian disesali oleh Prabu Brawijaya
- Sayid Rahmad - kemenakan Putri Campa (Sunan Ampel) yang pada akhirnya diberi ijin Prabu Brawijaya untuk menyebar Islam di Jawa
- Sayid Kramat - Sunan Bonang, tokoh licik yang mengakibatkan permusuhan antara Prabu Brawijaya dengan Puteranya Sendiri ("Raden Patah Yang Tak Punya Hati Nurani"). Ia-lah yang mengajarkan "Raden Patah YTPHN" untuk membenci ayahnya sendiri, yang sesungguhnya sudah mengajari dan menempatkannya dirinya sebagai Adipati Demak.
Dari kutipan buku 'Suci' Islam :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu pelindung-pelindungmu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka pelindung-pelindungmu, maka mereka itulah orang-orang yang lalim. [9.24]
(Pernyataan diatas persis seperti pernyataan dalam teori-teori Ideologi, di luar ideologinya adalah musuh - Pertanyaannya; ini Agama buatan Tuhan Yang Maha Esa atau buatan Manusia, koq pola pikirnya, pola pikir Manusia)
- Raden Patah YTPHN (Babah) - putra Prabu Brawijaya, dikenal juga sebagai Adipati Demak/Senapati Jimbuningrat/Sultan Syah Alam Akbar Khalifaturrasul Amirilmukminin Tajudil Abdulhamid Khak/Sultan Adi Surya Alam di Bintoro. Putera Lalim yang membawa kesengsaraan pada Majapahit dan akhirnya, tanah air kita ini.
(Di Sekolah, kita tidak pernah diajarkan bahwa kejatuhan Majapahit sebenarnya diakibatkan oleh kerakusan seorang anak. Paling cuma dikatakan : Majapahit vs Demak)
- Sunan Kalijaga : negosiator licik yang berhasil merebut kembali hati Prabu Brawijaya, setelah Raden Patah YTPHN berpura-pura menyesali perbuatannya. Sunan Kalijaga ini yang menarik Prabu Brawijaya masuk Islam.
Perbuatan Prabu Brawijaya masuk Islam ini kemudian dicela oleh tokoh bijak, Ki Sabdopalon.
Tokoh-tokoh pelaku lainnya :
- Raden Kusen (Raden Husen/Raden Arya Pecattanda) - saudara kandung Raden Patah YTPHN(lain ayah)
- Ki Bandar - sahabat Sunan Bonang
- Bandung Bondowoso
- Nyai Plencing - dedemit
- Buta Locaya - Raja Dedemit (mantan Patih Sri Jayabaya)
- Ni Mas Ratu Pagedongan (Ni Mas Ratu Angin-Angin)
- Kyai Tunggul Wulung
- Kyai Patih
- Syech Siti Jenar
- Tumenggung Kertosono
- Sunan Giri
- Arya Damar - Bupati Palembang
- Patih Mangkurat
- Setyasena - Komandan Pasukan Cina Islam
- Bupati Pati
- Adipati Pengging
- Adipati Pranaraga
- Sabdo Palon
- Naya Genggong
Waspadai pengaruh Barat,Timur Tengah, dan Asia Timur
Sudah saatnya kita menggali kembali EKSISTENSI BUDAYA BANGSA KITA SENDIRI
Kearifan Lokal Leluhur Nusantara, Bukan Leluhur Barat, Bukan Leluhur Timur Tengah dan Bukan Leluhur Asia Timur
Barat Menipu Berkedok HAM, Timur Tengah Menipu Berkedok Agama, Asia Timur Menipu Berkedok Dagang
Selasa, 28 Juli 2009
Minggu, 26 Juli 2009
The benefits of conflict in West Papua for Benny Wenda
It is very interesting how the benefits of conflict may also take on different forms as follow: Economic profits Political power Psychological pleasure
A trustful sources from Oxford shared a shocking information about how Benny Wenda took a lot of benefits from false story about conflict in West Papua.
o Economic profits can be exploited by Benny Wenda by sucking British Taxpayer Money through his claim as an asylum seeker. Living in UK is very difficult, so there is no other way than maintaining conflict in West Papua. Furthermore, after several years enjoying free lunch from British Taxpayer money, Benny Wenda can not afford to loose the opportunity of raising his children in UK. Through the illicit fund raising by telling lies to British citizen, Benny Wenda successfully transform his mask from an asylum seeker pretender to a self exile leader of Papuan people in UK. He also equivocates to British Parliamentarians about the latest situation in West Papua, so he can control British Parliamentarians as his supporters.
o Political power. The self claim Papuan Leader Benny Wenda is a great pretender by playing innocent handsome cunning face. By doing so, British people feel pity and favour him as a victim of the most demonic government of Indonesia. Benny Wenda cleverly creates a justification for help because of Indonesian political repression.
o Psychological pleasure. The world can read clearly the intention and ambition of Benny Wenda as the future President of West Papua. It is more to conflict’s most perverse benefits, which can translate into a feeling of superiority and a messianic certitude regarding one’s actions.Here is the innocent face of liar who proclaim himself as the only Papuan leader who care about the future of West Papua.
The more democratic Indonesia, the more Benny Wenda affraid of loosing his grip in UK. That is why he is not patient enough to see the dynamic of democratization in Indonesia and West Papua. By seeing more and more Papuan involve in the local autonomy government, he is panic so he pushes the creation of International Parliamentarians for West Papua and soon the International Lawyers for West Papua in order the increase the tension in West Papua. It seems that Benny Wenda achieves a success, so he can save his ass temporarily. No matter how cunning Benny Wenda is, someday British citizens especially those who live in Oxford, Essex, Exeter and London will realize that Benny Wenda is true liar.
A trustful sources from Oxford shared a shocking information about how Benny Wenda took a lot of benefits from false story about conflict in West Papua.
o Economic profits can be exploited by Benny Wenda by sucking British Taxpayer Money through his claim as an asylum seeker. Living in UK is very difficult, so there is no other way than maintaining conflict in West Papua. Furthermore, after several years enjoying free lunch from British Taxpayer money, Benny Wenda can not afford to loose the opportunity of raising his children in UK. Through the illicit fund raising by telling lies to British citizen, Benny Wenda successfully transform his mask from an asylum seeker pretender to a self exile leader of Papuan people in UK. He also equivocates to British Parliamentarians about the latest situation in West Papua, so he can control British Parliamentarians as his supporters.
o Political power. The self claim Papuan Leader Benny Wenda is a great pretender by playing innocent handsome cunning face. By doing so, British people feel pity and favour him as a victim of the most demonic government of Indonesia. Benny Wenda cleverly creates a justification for help because of Indonesian political repression.
o Psychological pleasure. The world can read clearly the intention and ambition of Benny Wenda as the future President of West Papua. It is more to conflict’s most perverse benefits, which can translate into a feeling of superiority and a messianic certitude regarding one’s actions.Here is the innocent face of liar who proclaim himself as the only Papuan leader who care about the future of West Papua.
The more democratic Indonesia, the more Benny Wenda affraid of loosing his grip in UK. That is why he is not patient enough to see the dynamic of democratization in Indonesia and West Papua. By seeing more and more Papuan involve in the local autonomy government, he is panic so he pushes the creation of International Parliamentarians for West Papua and soon the International Lawyers for West Papua in order the increase the tension in West Papua. It seems that Benny Wenda achieves a success, so he can save his ass temporarily. No matter how cunning Benny Wenda is, someday British citizens especially those who live in Oxford, Essex, Exeter and London will realize that Benny Wenda is true liar.
Sabtu, 25 Juli 2009
Baru Ku Sadari - Jam 19.00 s/d Jam 21.30 adalah Jam Perusakan Nilai-nilai Budaya Bangsa
Beberapa hari yang lalu, ketika saya baru pulang pukul 19.15 dari kantor. Saya melihat Ibu dan saudara-saudaraku, sedang asik menonton sinetron pada sebuah siaran TV swasta.
Sebentar saja saya menonton acara tersebut, saya sudah melihat adegan-adegan yang menggambarkan komunikasi keluarga yang tidak sehat.
Kontan saja saya protes untuk mengganti, ke saluran TV lainnya. Tetapi, ternyata jam 19.00 hingga jam 21.30 ini, hampir seluruh TV swasta (non Berita), berlomba menyiarkan nilai-nilai yang dahulunya tidak kita kenal, seperti konflik-konflik rumah tangga, baik konflik rumah tangga gaya USA maupun konflik rumah tangga gaya Arab Saudi.
Bagi Anda yang masih menginginkan memiliki keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya peninggalan Nenek Moyang, saya menghimbau untuk tidak sering-sering menonton acara jam 19.00 s/d 21.30.
Keutuhan nilai-nilai leluhur kita, adalah tanggung jawab kita bersama untuk melestarikannya.
Copy semua di sini dahulu
Sebentar saja saya menonton acara tersebut, saya sudah melihat adegan-adegan yang menggambarkan komunikasi keluarga yang tidak sehat.
Kontan saja saya protes untuk mengganti, ke saluran TV lainnya. Tetapi, ternyata jam 19.00 hingga jam 21.30 ini, hampir seluruh TV swasta (non Berita), berlomba menyiarkan nilai-nilai yang dahulunya tidak kita kenal, seperti konflik-konflik rumah tangga, baik konflik rumah tangga gaya USA maupun konflik rumah tangga gaya Arab Saudi.
Bagi Anda yang masih menginginkan memiliki keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya peninggalan Nenek Moyang, saya menghimbau untuk tidak sering-sering menonton acara jam 19.00 s/d 21.30.
Keutuhan nilai-nilai leluhur kita, adalah tanggung jawab kita bersama untuk melestarikannya.
Copy semua di sini dahulu
Kamis, 23 Juli 2009
Republic of West Papua
The Republic of West Papua is a separatist-proposed state lead by Benny Wenda that would give empty hope to the people of Western New Guinea (the Indonesian provinces of Papua and West Papua).
The Republic of West Papua was never declared even during the period of the withdrawal of the Dutch in 1963, but the act of free choice decided by West Papuan leaders to integrate to Indonesia
On July the 1st, 1971, after the free referendum held by the United Nations, the separatist Free Papua Movement unsuccessfully tried to proclaim Republic of West Papua again.
On 14 December 1984 the Republic of Great Melanesia or Melanesia Raya was self proclaimed, and no countries in the world recognize it. The Fourteen Stars Flag of the Great Melanesia which was created by Nicolaas jouwe hoisted.
The Great Melanesia conceptor and Proclamator Dr. Thomas Wapai Waiggai was arrested for instigating great communal conflict, and sentenced to 20 years in prison, shared the cell at Cipinang Prison in Jakarta with East Timor’s Fretilin Leader Kay Rala Xanana Gusmão. He died in prison within two years, suspected to be poisoned (if this accusation true, under Indonesian law, the case should be reopened for justice). There is no such law to punish people to death only because of treason act, especially if it is only flying flag (it might happened during the military autocratic system in Indonesia).
Unclear concept of “tribal democracy” has been proposed by Benny Wenda of the Koteka Tribal Assembly Council or Demmak (Dewan Musyawarah Masyarakat Adat Koteka) and Koteka tribes to get political power over 250 different ethnic groups in Papua. However, Benny Wenda failed and joined his brother Mathias Wenda (Free Papua Army) to terrorize West Papua people.
Benny Wenda all togetehr with the Free Papua Army failed to get support from the people, sohe tried something more attractive by killing a security officer and then blame it to the Police. He was arrested and then he could manage to run by the help of corrupt prison officers.
Demmak which was established in 1999, as a confederation of Koteka Tribes, united and organised under a General Assembly Council. Sem Karoba one of Benny Wenda’s followers says, “Tribal Democracy for West Papua is not a new idea or concept at all. It is just the written explanation and presentation of the existing system of governance that already exist in West Papua and Melanesia in general since the time immemorial, practiced daily even today.” Karoba just tries to formulate the tribal system of governance and making it presentable and understandable to the world’s democratic society. In other words, tribal democracy is a tool of controlling different ethnic groups by cooptation and in reality there is no freedom at all.
The real democracy was introduced in West Papua after the reform movement in Indonesia 1998. Now West Papua and Papua provinces of Indonesia are managed by West Papuan leaders choosen by the people through the process of fair and open election.
Why then I am talking about Republic of West Papua? It is simply to remind all Papuan people and the world that there are many dangerous people like Benny Wenda who always talk about the rights of West Papuan, but actually he doesn’tt care which way is the best for West Papuan. All he cares is only to get power, money and sympathy, so he could survive in his difficult time in the United Kingdom.
The Republic of West Papua was never declared even during the period of the withdrawal of the Dutch in 1963, but the act of free choice decided by West Papuan leaders to integrate to Indonesia
On July the 1st, 1971, after the free referendum held by the United Nations, the separatist Free Papua Movement unsuccessfully tried to proclaim Republic of West Papua again.
On 14 December 1984 the Republic of Great Melanesia or Melanesia Raya was self proclaimed, and no countries in the world recognize it. The Fourteen Stars Flag of the Great Melanesia which was created by Nicolaas jouwe hoisted.
The Great Melanesia conceptor and Proclamator Dr. Thomas Wapai Waiggai was arrested for instigating great communal conflict, and sentenced to 20 years in prison, shared the cell at Cipinang Prison in Jakarta with East Timor’s Fretilin Leader Kay Rala Xanana Gusmão. He died in prison within two years, suspected to be poisoned (if this accusation true, under Indonesian law, the case should be reopened for justice). There is no such law to punish people to death only because of treason act, especially if it is only flying flag (it might happened during the military autocratic system in Indonesia).
Unclear concept of “tribal democracy” has been proposed by Benny Wenda of the Koteka Tribal Assembly Council or Demmak (Dewan Musyawarah Masyarakat Adat Koteka) and Koteka tribes to get political power over 250 different ethnic groups in Papua. However, Benny Wenda failed and joined his brother Mathias Wenda (Free Papua Army) to terrorize West Papua people.
Benny Wenda all togetehr with the Free Papua Army failed to get support from the people, sohe tried something more attractive by killing a security officer and then blame it to the Police. He was arrested and then he could manage to run by the help of corrupt prison officers.
Demmak which was established in 1999, as a confederation of Koteka Tribes, united and organised under a General Assembly Council. Sem Karoba one of Benny Wenda’s followers says, “Tribal Democracy for West Papua is not a new idea or concept at all. It is just the written explanation and presentation of the existing system of governance that already exist in West Papua and Melanesia in general since the time immemorial, practiced daily even today.” Karoba just tries to formulate the tribal system of governance and making it presentable and understandable to the world’s democratic society. In other words, tribal democracy is a tool of controlling different ethnic groups by cooptation and in reality there is no freedom at all.
The real democracy was introduced in West Papua after the reform movement in Indonesia 1998. Now West Papua and Papua provinces of Indonesia are managed by West Papuan leaders choosen by the people through the process of fair and open election.
Why then I am talking about Republic of West Papua? It is simply to remind all Papuan people and the world that there are many dangerous people like Benny Wenda who always talk about the rights of West Papuan, but actually he doesn’tt care which way is the best for West Papuan. All he cares is only to get power, money and sympathy, so he could survive in his difficult time in the United Kingdom.
PT Freeport bus convoy ambushed on way to Tembagapura
Timika (ANTARA News) - Unidentified gunmen on Wednesday ambushed a convoy of 12 buses carrying PT Freeport workers to their work place with unverifiable reports saying a number of people were hurt. The convoy with police and military escort was on its way from Timika to Tembagapura and the ambush happened at a point between Mile 52 and Mile 53 at 11:15 local time. Because of the incident, the convoy was forced to return to its starting point at Mile 50.
According to unofficial sources, a number of people in the bus convoy were hurt by the gun men`s fire but local security officials were not available to give further details. The buses were carrying hundreds of mostly male PT Freeport workers who had boarded the vehicles at a terminal at Mile 50 to be transported to Tembagapura. One of the workers said they were happy to return to work although they remained uncertain about security conditions on their way to Tembagapura."We were told today to return to Tembagapura by bus in a convoy, guarded by military and police personnel," said Anto, one of the workers.
Anto said PT Freeport had prepared about 12 buses to transport them to Tembagapura but he was not certain what time the buses would leave.On Saturday (July 11), three persons, including one worker of the US gold and copper mining company PT Freeport, was killed in the Freeport concession area in Papua.
Drew Nicholas Grant, an Australian national who worked for PT Freeport, was shot dead by unknown gunmen at Mile-53 on Saturday (July 11). Drew Grant was shot in the chest and neck. On Sunday (July 12), there were two armed attacks respectively at Mile 51 and Mile 2, which killed Markus Rante Allo, a security guard of PT Freeport. Then on Monday (July 13), Brigadier I Marson, a Papua police officer, was found dead at mile 52 road connecting Timika and Tembagapura, Mimika District, Papua Province, after reportedly gone missing earlier.
Source : Thursday, July 23, 2009 00:44 WIB | National |
(ANTARA/Stringer/*)
According to unofficial sources, a number of people in the bus convoy were hurt by the gun men`s fire but local security officials were not available to give further details. The buses were carrying hundreds of mostly male PT Freeport workers who had boarded the vehicles at a terminal at Mile 50 to be transported to Tembagapura. One of the workers said they were happy to return to work although they remained uncertain about security conditions on their way to Tembagapura."We were told today to return to Tembagapura by bus in a convoy, guarded by military and police personnel," said Anto, one of the workers.
Anto said PT Freeport had prepared about 12 buses to transport them to Tembagapura but he was not certain what time the buses would leave.On Saturday (July 11), three persons, including one worker of the US gold and copper mining company PT Freeport, was killed in the Freeport concession area in Papua.
Drew Nicholas Grant, an Australian national who worked for PT Freeport, was shot dead by unknown gunmen at Mile-53 on Saturday (July 11). Drew Grant was shot in the chest and neck. On Sunday (July 12), there were two armed attacks respectively at Mile 51 and Mile 2, which killed Markus Rante Allo, a security guard of PT Freeport. Then on Monday (July 13), Brigadier I Marson, a Papua police officer, was found dead at mile 52 road connecting Timika and Tembagapura, Mimika District, Papua Province, after reportedly gone missing earlier.
Source : Thursday, July 23, 2009 00:44 WIB | National |
(ANTARA/Stringer/*)
7 Keajaiban Alam Dunia
Taman Nasional Komodo Melaju ke Babak Final Mega Putra Ratya - detikNews foto: new7wonder.com Jakarta - Menjadi sebuah kebanggaan bagi bangsa Indonesia ketika Taman Nasional Komodo (TNK) berhasil menjadi salah satu finalis Kampanye "New 7 Wonders of Nature". TNK dinilai berhak melaju ke tahap final setelah menyisihkan kurang lebih 440 nominasi dari 220 negara. | |
"Pada tanggal 21 Juli 2009 pukul 12.07 GMT (19.07 WIB), New 7 Wonders Foundation telah mengumumkan TNK sebagai salah satu dari 28 finalis yang berhak untuk melanjutkan ke tahap final (Tahap III)," bunyi rilis Departemen Kebudayaan dan Pariwisata yang diterima detikcom, Rabu (22/7/2009).
Masyarakat Indonesia diharapkan memberi dukungan sebanyak mungkin agar Taman Nasional Komodo di Flores, Manggarai, Nusa Tenggara Timur, menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia.
"Mengajak seluruh masyarakat Indonesia dan dunia untuk berpartisipasi aktif melakukan pemilihan, agar terpilih sebagai salah satu dari 'Tujuh Keajaiban Dunia bernuansa Alam' yang akan ditentukan pada tahun 2011," begitu bunyi seruan tersebut.
Ayo tunggu apa lagi, pilih lagi untuk tahap final ini....sekarang saatnya melakukan sesuatu yang nyata untuk mengharumkan nama negeri ini dan menunjukan pada dunia Indonesia kita yang sebenarnya.
Bagi anda yang akan memilih dapat melakukan dengan dua cara, Pertama memilih dengan cara online melalui website http://www.new7wond ers.com. Kedua, memilih melalui telephone (SLI) dengan menekan +41 77 312 4041. Setelah pesan selesai dan terdengar bunyi beep tekan kode 7717 untuk memilih Taman Nasional Komodo.
Dukung Taman Nasional Komodo.. Dukung Indonesia-mu.
Source : detik.com
Senin, 20 Juli 2009
Warga Baru Dunia
Kalau kita kenal dengan tanggung jawab negara terhadap Warga Negaranya, maka mungkin merupakan kesepakatan tidak tertulis bahwa teroris adalah warga baru dunia, yang tidak perlu dibela atau diakui oleh negara asal teroris itu sendiri.
Contohnya, Mulai dari DR Azhari dan Noordin M Top, yang warga negara Malaysia, perbuatannya tidak pernah dikaitkan dengan asal negaranya. Hingga Abu Bakar Ba'asyir yang mendapat perlindungan di Malaysia pada zaman Soeharto.
Saya menjadi yakin, bahwa ini semua tidak serta merta tidak ada hubungannya dengan Negara Malaysia. Malah saya menganggap bahwa mereka adalah Agen dari Intelijen Malaysia.
Mengapa tidak? Lihat saja, sehari sebelum MU main, BOM meledak, dan akhirnya MU hanya bermain di Malaysia. Tidak sampai situ saja, yang pasti bisnis pariwisata kita akan menurun drastis.
Saya mengkaitkan ini, sebagai adanya keterlibatan Intelijen Ekonomi Malaysia, hal ini dikarenakan, hingga hari ketiga, tidak ada pesan yang diberikan oleh pelaku. Atau paling tidak, terlihat sebagai reaksi dari rentetan tindakan lawan pelaku (pihak keamanan), terhadap kelompoknya selama 6 bulan terakhir.
Maka saya menyayangkan pernyataan Presiden SBY yang memberi pernyataan pers mengenai adanya keterkaitan peristiwa tersebut dengan Pemilu. Hal ini justru mengkaburkan pesan utama, yang sesungguhnya masih harus dicari, atau biasanya juga diberikan melalui saluran rahasia oleh pelaku itu sendiri.
Memang tidak semudah itu menganalisanya, tapi kalau kita cermati, apa yang dilakukan Malaysia ketika BOM demi BOM bermunculan di Indonesia. Anda dapat melihatnya sendiri secara jeli.
Akhir kata, saya menghimbau "Mari Kita Bersatu melawan Negara-negara Yang Ingin Menghancurkan NKRI"
-- Batas Berita
dr azhari teroris adalah intel sultan malasyia
Untuk menghancurkan negara tetangga , tak tangung-tangung sultan malingsia mengirimkan sebuah tim kecil ke wilayah Indonesia .tugas utama tim tersebut adalah membuat onar dan memperkeruh keadaan indonesia
dalam tugasnnya TIM yang dipimpin DR AZHARI merekrut orang indonesia sendiri dengan dalih Danul ISLAMIYAH
Azaz keislaman dimanfaatkan oleh AZHARI untuk meporakpondakan BALI , TANAH JAWA dll
Demi Kekuasaan sultan MALINGSIA ISLAM DIJAKDIKAN KEDOK untuk kepentingan BISNIS KERAJAAN , salah satunnya Prodak kartu komunikasi XL yang berpusat di KUNINGAN JAKARTA.
DR AZHARI sendiri adalah sepupu dari istri ke 3 Sultan Kerajaan MALINGSIA.
Seperti berita ini diturunkan yang dikutip dari Reuters .
Sumber : http://www.topix.com/forum/world/malaysia/TBRMMQL2IQMPA4D5U
-- Batas Berita Baru
Kenapa Noordin M Top Sulit Ditangkap?
Anwar Khumaini - detikNews
Jakarta - Keberadaan Noordin M Top yang telah bertahun-tahun menjadi buron tetap misteri. Mabes Polri yang mengaku terus melakukan pengejaran tak juga mampu menangkap pria asal Malaysia tersebut. Kenapa Noordin begitu sulit ditangkap?
"Karena ada jaringan yang masih mau melindungi dia, yang merasa dengan ikhlas melakukan hal ini," kata Direktur International Crisis Group, Sidney Jones dalam wawancara yang ditayangkan tvOne, Senin (20/7/2009) pagi.
Selain memiliki jaringan yang masih kuat, menurut wanita asal Australia ini, Noordin banyak belajar dari pengalaman. Jika selama ini KPK berhasil menyadap banyak pejabat negara, maka menurutnya, Noordin mengakalinya dengan melakukan cara-cara konvensional, seperti berhubungan dengan memalui kurir. "Noordin banyak belajar dari pengalaman ini," imbuhnya.
Berbeda dengan Sidney, tokoh Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) Fauzan Al Anshari menuding CIA dan Amerika Serikat (AS) menjadi biang kerok kenapa Noordin belum juga tertangkap.
"Saya curiga ini skenario besar dari CIA dan AS agar Indonesia tidak aman," ujar Fauzan.
Fauzan mengatakan, kemenangan SBY dengan menggandeng PKS dianggap merongrong kepentingan asing di Indonesia. Sehingga, dengan membuat Indonesia tidak aman lantaran bom, di mata Internasional posisi Indonesia menjadi kian terpuruk.
Terkait dengan masalah ini, Sidney balas membantah pendapat Fauzan. "Sama sekali tak masuk akal," ujarnya singkat.
Saat ditanya apakah kemungkinan teroris masih akan terus merongrong Indonesia, wanita berambut pirang ini tidak membantahnya. Pasalnya, masih ada belasan teroris yang masih menghirup udara bebas.
"Saat ini masih ada 12-13 orang. Untuk membuat bahan peledak tidak sulit, dan masih ada orang yang punya pengalaman dan berniat untuk melakukannya," imbuhnya.
Namun demikian, Sidney juga memuji prestasi Polri yang selama ini telah menangkap banyak teroris. "Sudah 400-an yang tertangkap. Tidak sulit untuk menangkap 12 sisanya," pungkasnya.
(anw/anw)
Sumber : http://www.detiknews.com/read/2009/07/20/080040/1168098/10/kenapa-noordin-m-top-sulit-ditangkap
Contohnya, Mulai dari DR Azhari dan Noordin M Top, yang warga negara Malaysia, perbuatannya tidak pernah dikaitkan dengan asal negaranya. Hingga Abu Bakar Ba'asyir yang mendapat perlindungan di Malaysia pada zaman Soeharto.
Saya menjadi yakin, bahwa ini semua tidak serta merta tidak ada hubungannya dengan Negara Malaysia. Malah saya menganggap bahwa mereka adalah Agen dari Intelijen Malaysia.
Mengapa tidak? Lihat saja, sehari sebelum MU main, BOM meledak, dan akhirnya MU hanya bermain di Malaysia. Tidak sampai situ saja, yang pasti bisnis pariwisata kita akan menurun drastis.
Saya mengkaitkan ini, sebagai adanya keterlibatan Intelijen Ekonomi Malaysia, hal ini dikarenakan, hingga hari ketiga, tidak ada pesan yang diberikan oleh pelaku. Atau paling tidak, terlihat sebagai reaksi dari rentetan tindakan lawan pelaku (pihak keamanan), terhadap kelompoknya selama 6 bulan terakhir.
Maka saya menyayangkan pernyataan Presiden SBY yang memberi pernyataan pers mengenai adanya keterkaitan peristiwa tersebut dengan Pemilu. Hal ini justru mengkaburkan pesan utama, yang sesungguhnya masih harus dicari, atau biasanya juga diberikan melalui saluran rahasia oleh pelaku itu sendiri.
Memang tidak semudah itu menganalisanya, tapi kalau kita cermati, apa yang dilakukan Malaysia ketika BOM demi BOM bermunculan di Indonesia. Anda dapat melihatnya sendiri secara jeli.
Akhir kata, saya menghimbau "Mari Kita Bersatu melawan Negara-negara Yang Ingin Menghancurkan NKRI"
-- Batas Berita
dr azhari teroris adalah intel sultan malasyia
Untuk menghancurkan negara tetangga , tak tangung-tangung sultan malingsia mengirimkan sebuah tim kecil ke wilayah Indonesia .tugas utama tim tersebut adalah membuat onar dan memperkeruh keadaan indonesia
dalam tugasnnya TIM yang dipimpin DR AZHARI merekrut orang indonesia sendiri dengan dalih Danul ISLAMIYAH
Azaz keislaman dimanfaatkan oleh AZHARI untuk meporakpondakan BALI , TANAH JAWA dll
Demi Kekuasaan sultan MALINGSIA ISLAM DIJAKDIKAN KEDOK untuk kepentingan BISNIS KERAJAAN , salah satunnya Prodak kartu komunikasi XL yang berpusat di KUNINGAN JAKARTA.
DR AZHARI sendiri adalah sepupu dari istri ke 3 Sultan Kerajaan MALINGSIA.
Seperti berita ini diturunkan yang dikutip dari Reuters .
Sumber : http://www.topix.com/forum/world/malaysia/TBRMMQL2IQMPA4D5U
-- Batas Berita Baru
Kenapa Noordin M Top Sulit Ditangkap?
Anwar Khumaini - detikNews
Jakarta - Keberadaan Noordin M Top yang telah bertahun-tahun menjadi buron tetap misteri. Mabes Polri yang mengaku terus melakukan pengejaran tak juga mampu menangkap pria asal Malaysia tersebut. Kenapa Noordin begitu sulit ditangkap?
"Karena ada jaringan yang masih mau melindungi dia, yang merasa dengan ikhlas melakukan hal ini," kata Direktur International Crisis Group, Sidney Jones dalam wawancara yang ditayangkan tvOne, Senin (20/7/2009) pagi.
Selain memiliki jaringan yang masih kuat, menurut wanita asal Australia ini, Noordin banyak belajar dari pengalaman. Jika selama ini KPK berhasil menyadap banyak pejabat negara, maka menurutnya, Noordin mengakalinya dengan melakukan cara-cara konvensional, seperti berhubungan dengan memalui kurir. "Noordin banyak belajar dari pengalaman ini," imbuhnya.
Berbeda dengan Sidney, tokoh Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) Fauzan Al Anshari menuding CIA dan Amerika Serikat (AS) menjadi biang kerok kenapa Noordin belum juga tertangkap.
"Saya curiga ini skenario besar dari CIA dan AS agar Indonesia tidak aman," ujar Fauzan.
Fauzan mengatakan, kemenangan SBY dengan menggandeng PKS dianggap merongrong kepentingan asing di Indonesia. Sehingga, dengan membuat Indonesia tidak aman lantaran bom, di mata Internasional posisi Indonesia menjadi kian terpuruk.
Terkait dengan masalah ini, Sidney balas membantah pendapat Fauzan. "Sama sekali tak masuk akal," ujarnya singkat.
Saat ditanya apakah kemungkinan teroris masih akan terus merongrong Indonesia, wanita berambut pirang ini tidak membantahnya. Pasalnya, masih ada belasan teroris yang masih menghirup udara bebas.
"Saat ini masih ada 12-13 orang. Untuk membuat bahan peledak tidak sulit, dan masih ada orang yang punya pengalaman dan berniat untuk melakukannya," imbuhnya.
Namun demikian, Sidney juga memuji prestasi Polri yang selama ini telah menangkap banyak teroris. "Sudah 400-an yang tertangkap. Tidak sulit untuk menangkap 12 sisanya," pungkasnya.
(anw/anw)
Sumber : http://www.detiknews.com/read/2009/07/20/080040/1168098/10/kenapa-noordin-m-top-sulit-ditangkap
Minggu, 19 Juli 2009
Police arrest three over PT Freeport shooting incidents
Jayapura, Papua - Police on Monday arrested three yet-to-be-identified men believed to belong to an armed gang responsible for security disturbances in PT Freeport`s concession area in the easternmost province of Papua.The police made the arrest during security restoration operations at Kwamki Baru in Timika, capital of Mimika district, a police source said.The gang was believed to be responsible for three shooting incidents in the PT Freeport area earlier this month.
Drew Nicholas Grant, an Australian working for the Indonesian subsidiary of US-based mining giant Freeport, was shot dead by unidentified gunmen at mile 53 road connecting Timika and Tembagapura, Mimika district, Papua, on July 11. Grant was shot dead when travelling with other workers, Jhon Biggs, Maju Panjaitan, and Lidan Madandan in a car from Timika to Tembagapura.On July 12, unidentified gunmen again shot dead Markus Rante Allo, the company`s security guard, at mile 51. On July 13, Brigadier I Marson Freddy Pattipeilohy, a Papua police officer, was found dead at mile 52 after reportedly gone missing earlier.
Source : Monday, July 20, 2009 | National |Antara
Drew Nicholas Grant, an Australian working for the Indonesian subsidiary of US-based mining giant Freeport, was shot dead by unidentified gunmen at mile 53 road connecting Timika and Tembagapura, Mimika district, Papua, on July 11. Grant was shot dead when travelling with other workers, Jhon Biggs, Maju Panjaitan, and Lidan Madandan in a car from Timika to Tembagapura.On July 12, unidentified gunmen again shot dead Markus Rante Allo, the company`s security guard, at mile 51. On July 13, Brigadier I Marson Freddy Pattipeilohy, a Papua police officer, was found dead at mile 52 after reportedly gone missing earlier.
Source : Monday, July 20, 2009 | National |Antara
Police set up more security posts along Timika-Tembagapura roads
Timika, Papua - Papua Police have set up more security posts along Timika-Tembagapura roads within the area of US gold and copper mining company PT Freeport Indonesia, the Papua police chief said.Eight new security posts were established in strategic areas, Inspector General Bagus Ekodanto, head of the Papua provincial police, said here on Sunday.
The temporary security posts were made of modified containers and guarded by a joint team of police and military personnel, he said."We get the assistance of two military units from the Military Regional Command (Kodam) XVII Cenderawasih to join the police in protecting PT.Freeport area. We are jointly hunting down the perpetrators who had shot civilians and security personnel over the past week," Ins. Gen. Ekodanto said. Papua police also would continue to probe the case, he said. At least 20 people, including security guards on duty during the shooting incidents, had been grilled by the police.
The Papua provincial police have intensified security precautions for foreigners in Timika, especially in the US mining company PT Freeport Indonesia (PTFI) area, Timika had more foreigners than in other areas in Papua and West Papua provinces, Inspector General Ekodanto said. Since Saturday (July 11), three persons, including one worker of US gold and copper mining company PT Freeport, had been killed and seven others injured. Drew Nicholas Grant, an Australian national who worked for PT Freeport, was shot dead by unknown people at Mile-53 on Saturday (July 11). On Sunday (July 12), there were two armed attacks respectively at Mile 51 and Mile 2, which killed Markus Rante Allo, a security guard of PT Freeport. On Monday (July 13), Brigadier I Marson, a Papua police officer, was found dead at mile 52 road connecting Timika and Tembagapura.
Because of that, PT Freeport has forbidden its employees to travel between Tembagapura and Timika in Papua as of Wednesday (July 15) for security reasons. PT Freeport spokesman, Mindo Pangaribuan, told ANTARA company employees whose weekly day-off fell on Wednesday and were now resting in Timika had been requested for security reasons to stay in Timika and not to go to Tembagapura.Those working in Tembagapura where the company`s gold and copper mines are located were not allowed to go to Timika for their own safety, he said.
The restriction was imposed following shooting incidents by unknown armed groups, including the latest incident at Mile 49 on Tuesday. To optimize the mining company`s operations, employees at Tembagapura had been put on extra working schedules in line with the company`s policy. Meanwhile, House of Representatives (DPR) Speaker Agung Laksono has urged the police to immediately deal with the shooting incidents which killed a PT Freeport employee and a policeman in Papua in order to reveal the motive of the murders.He also urged the police to investigate the motive of the gunmen , whether it was purely criminal or political.
Source : July 19, 2009| National |Antara
The temporary security posts were made of modified containers and guarded by a joint team of police and military personnel, he said."We get the assistance of two military units from the Military Regional Command (Kodam) XVII Cenderawasih to join the police in protecting PT.Freeport area. We are jointly hunting down the perpetrators who had shot civilians and security personnel over the past week," Ins. Gen. Ekodanto said. Papua police also would continue to probe the case, he said. At least 20 people, including security guards on duty during the shooting incidents, had been grilled by the police.
The Papua provincial police have intensified security precautions for foreigners in Timika, especially in the US mining company PT Freeport Indonesia (PTFI) area, Timika had more foreigners than in other areas in Papua and West Papua provinces, Inspector General Ekodanto said. Since Saturday (July 11), three persons, including one worker of US gold and copper mining company PT Freeport, had been killed and seven others injured. Drew Nicholas Grant, an Australian national who worked for PT Freeport, was shot dead by unknown people at Mile-53 on Saturday (July 11). On Sunday (July 12), there were two armed attacks respectively at Mile 51 and Mile 2, which killed Markus Rante Allo, a security guard of PT Freeport. On Monday (July 13), Brigadier I Marson, a Papua police officer, was found dead at mile 52 road connecting Timika and Tembagapura.
Because of that, PT Freeport has forbidden its employees to travel between Tembagapura and Timika in Papua as of Wednesday (July 15) for security reasons. PT Freeport spokesman, Mindo Pangaribuan, told ANTARA company employees whose weekly day-off fell on Wednesday and were now resting in Timika had been requested for security reasons to stay in Timika and not to go to Tembagapura.Those working in Tembagapura where the company`s gold and copper mines are located were not allowed to go to Timika for their own safety, he said.
The restriction was imposed following shooting incidents by unknown armed groups, including the latest incident at Mile 49 on Tuesday. To optimize the mining company`s operations, employees at Tembagapura had been put on extra working schedules in line with the company`s policy. Meanwhile, House of Representatives (DPR) Speaker Agung Laksono has urged the police to immediately deal with the shooting incidents which killed a PT Freeport employee and a policeman in Papua in order to reveal the motive of the murders.He also urged the police to investigate the motive of the gunmen , whether it was purely criminal or political.
Source : July 19, 2009| National |Antara
Kamis, 16 Juli 2009
Papua Council wants independent investigation into Freeport incident
Kalimat awal
Kalimat berikutnya
The Papua Council Presidium (PDP) has called on the central government to form an independent team to investigate a series of shooting incidents near a gold and copper mine in Papua.PDP secretary general Thaha M. Alhamid said on Thursday the team probing the shootings on the road to Freeport Indonesia's Gresberg mine could include people from the government, security authorities and members of civil society strongly committed to disclosing the truth behind the incidents. "Let's support an independent investigation to find facts, what and who are behind this incident," Thoha told Antara news agency on Thursday.
Five shooting incidents occurred in the past few days along the road between the town of Timika and the Grasberg mine, killing three people: an Australian working for Freeport, a Freeport security guard and a police officer, as well as injuring several other security officers.Authorities initially named Free Papua Organization (OPM) leader Kelly Kwalik as the suspected mastermind of the attacks, but official statements now refer to an armed group of professional marksmen.
The National Police and the Army have deployed officers to investigate the series of shootings and have started to comb the area around the site of the attacks.Indonesian Defense Minister Juwono Sudarsono asked people to refrain from speculating on police rivalry in comments to the Jakarta Foreign Correspondent's Club Wednesday, as quoted by the Associated Press. But he noted that "rouge elements" in the military might have had a hand in the unrest.
Official visits wounded police officers in Timika
Markus Makur , The Jakarta Post , Timika, Papua | Thu, 07/16/2009
Secretary to the Coordinating Minister for Political, Legal and Security Affairs, Lt. Gen. Romulo Simbolon, visited Thursday five police officers wounded during a series of attacks by unidentified gunmen near PT Freeport Indoneisa’s Grasberg gold and copper mine in Mimika, Papua. Papua Police chief Insp. Gen. Bagus Ekodanto accompanied Romulo during the visit at Mitra Masyarakat Hospital in Timika.Romulo denied claims the perpetrators of the attacks were trained soldiers.
Three people, including Drew Nicholas Grant, an Australian employed by Freeport, died in the spate of attacks between Saturday and Wednesday. The five police officers were injured in the latest attack.No gunfight was reported Thursday as Mobile Brigade and counter-terror police personnel continued their manhunt and secured the access road to the mine, preventing Freeport employees from commuting to work. The police have begun wearing bullet-proof vests in anticipation of further attacks.
A number of journalists are waiting for a media conference, in which Bagus and Freeport officials will brief them on the latest developments of the investigation into the attacks
Source : Antara, 07/16/2009 | National
Kalimat berikutnya
The Papua Council Presidium (PDP) has called on the central government to form an independent team to investigate a series of shooting incidents near a gold and copper mine in Papua.PDP secretary general Thaha M. Alhamid said on Thursday the team probing the shootings on the road to Freeport Indonesia's Gresberg mine could include people from the government, security authorities and members of civil society strongly committed to disclosing the truth behind the incidents. "Let's support an independent investigation to find facts, what and who are behind this incident," Thoha told Antara news agency on Thursday.
Five shooting incidents occurred in the past few days along the road between the town of Timika and the Grasberg mine, killing three people: an Australian working for Freeport, a Freeport security guard and a police officer, as well as injuring several other security officers.Authorities initially named Free Papua Organization (OPM) leader Kelly Kwalik as the suspected mastermind of the attacks, but official statements now refer to an armed group of professional marksmen.
The National Police and the Army have deployed officers to investigate the series of shootings and have started to comb the area around the site of the attacks.Indonesian Defense Minister Juwono Sudarsono asked people to refrain from speculating on police rivalry in comments to the Jakarta Foreign Correspondent's Club Wednesday, as quoted by the Associated Press. But he noted that "rouge elements" in the military might have had a hand in the unrest.
Official visits wounded police officers in Timika
Markus Makur , The Jakarta Post , Timika, Papua | Thu, 07/16/2009
Secretary to the Coordinating Minister for Political, Legal and Security Affairs, Lt. Gen. Romulo Simbolon, visited Thursday five police officers wounded during a series of attacks by unidentified gunmen near PT Freeport Indoneisa’s Grasberg gold and copper mine in Mimika, Papua. Papua Police chief Insp. Gen. Bagus Ekodanto accompanied Romulo during the visit at Mitra Masyarakat Hospital in Timika.Romulo denied claims the perpetrators of the attacks were trained soldiers.
Three people, including Drew Nicholas Grant, an Australian employed by Freeport, died in the spate of attacks between Saturday and Wednesday. The five police officers were injured in the latest attack.No gunfight was reported Thursday as Mobile Brigade and counter-terror police personnel continued their manhunt and secured the access road to the mine, preventing Freeport employees from commuting to work. The police have begun wearing bullet-proof vests in anticipation of further attacks.
A number of journalists are waiting for a media conference, in which Bagus and Freeport officials will brief them on the latest developments of the investigation into the attacks
Source : Antara, 07/16/2009 | National
Rabu, 15 Juli 2009
"Selamat Pagi Indonesia Raya; Nasionalisme-Idealisme dan Patriotisme !"
Selamat Pagi Indonesia Raya....
Para sahabat sebangsa dan setanah air...
Penggugatan terhadap "nasionalisme" kembali mengemuka dalam beberapa tahun belakangan ini. Nasionalisme atau "faham kebangsaan", seolah-oleh tampil menjadi kerisauan berbagai kalangan, khusus nya mereka yang selama ini getol menyuarakan penting nya "national character building".
Bicara nasionalisme, tentu akan selalu terkait dengan idealisme dan patriotisme. Ke tiga kata diatas merupakan "faham" yang menggumpal menjadi satu kesatuan. Idealisme tanpa nasionalisme dan patriotisme, atau nasionalisme tanpa idealisme dan patriotisme, atau patriotisme tanpa idealisme dan nasionalisme, identik dengan sayur asam tanpa garam. Hambar rasanya..!
Para sahabat sebangsa dan setanah air...
Idealisme adalah "daya dorong" untuk memperkokoh rasa kebangsaan dan rasa cinta tanah air. Sebagai bangsa, tentu kita memiliki idealisme. Kalau masa revolusi idealisme bangsa kita adalah memerdekakan bangsa maka setelah Indonesia merdeka, idealisme nya adalah mengisi alam kemerdekaan. Untuk itulah, agar cita-cita Indonesia merdeka sebagaimana yang tersurat dalam Pembukaan UUD 1945 dapat sesegara mungkin kita wujudkan, maka kekuatan nasionalisme dan patriotisme mestilah kita simpan dalam "standing position" yang kokoh. Ini penting kita hayati, karena nasionalisme akan tumbuh subur dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat, manakala segenap warga bangsa, mampu mengenali dan memahami secara cerdas akan hakekat dasar dari rasa kebangsaan itu sendiri.
Sejati nya nasionalisme, tentu akan ditentukan oleh sampai sejauh mana warga bangsa ini, dapat mengejawantahkan semangat rasa kebangsaan ini dalam kiprah dan kehidupan keseharian nya. Rasa kebangsaan akan selalu "inheren" dengan sikap, tindakan dan wawasan setiap warga negara. Hanya warga bangsa yang mampu melakukan penghayatan yang mendalam dan utuh terhadap hakekat nasionalisme inilah yang akan mampu memberi sumbangsih bagi keajegan suatu bangsa. Ya,,,, nasionalisme boleh jadi merupakan indikator untuk tumbuh nya bangsa yang berdaulat, berjati diri, berkarakter, dan bermartabat !
Para sahabat sebangsa dan setanah air.....
Muncul nya kesan tentang banyaknya anak bangsa yang "melupakan" nasionalisme, memang sebuah citra yang harus kita rubah-arahkan. Adanya dugaan bahwa nasionalisme seolah-olah "digadaikan" sudah waktu nya kita gantikan dengan ungkapan yang lebih santun. Dan pandangan yang menegaskan bahwa nasionalisme hanya indah untuk diucapkan tapi tidak menarik untuk dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari, juga sudah saat nya kita ganti dengan kalimat yang lebih arif. Kita percaya bahwa warga bangsa, akan tetap menjunjung tinggi makna nasionalisme sebagaimana yang dipatrikan 20 Mei 1908 lalu. Kita yakin bahwa segenap anak bangsa tentu akan tetap mengenang, mempelajari, menghayati dan mengaktualisasikan semangat nasionalisme dalam kehidupan sekarang. Dan kita boleh optimis bahwa nasionalisme bukan "barang rongsokan" yang tidak populer lagi, tapi nasionalisme adalah kekuatan dasar dalam menjawab tantangan jaman yang selama ini tengah menggelinding. Dalam koridor berpikir yang demikian, tentu kita sepakat bahwa ruh nasionalisme harus terus-menerus ditiupkan ke dalam nurani dan jiwa bangsa !
Nasionalisme adalah "filter" yang akan mampu menyaring setiap intervensi dari pihak mana pun, yang berkehendak meruntuhkan nilai-nilai sakral yang dimiliki bangsa ini. Mari kita tetap komit dan konsisten untuk memperkokoh semangat nasionalisme yang ditopang idealisme dan patriotisme, demi kejayaan dan kemakmuran bangsa Indonesia sekarang dan masa mendatang.
Asahlah terus idealisme ! Bangkitkan terus nasionalisme dan kokohkan terus patriotisme ! Insya Allah Indonesia Raya akan semakin dihormati dan disegani oleh bangsa-bangsa lain di muka bumi ini !
Salam,
Sumber : http://www.facebook.com/note.php?note_id=109017571295
Para sahabat sebangsa dan setanah air...
Penggugatan terhadap "nasionalisme" kembali mengemuka dalam beberapa tahun belakangan ini. Nasionalisme atau "faham kebangsaan", seolah-oleh tampil menjadi kerisauan berbagai kalangan, khusus nya mereka yang selama ini getol menyuarakan penting nya "national character building".
Bicara nasionalisme, tentu akan selalu terkait dengan idealisme dan patriotisme. Ke tiga kata diatas merupakan "faham" yang menggumpal menjadi satu kesatuan. Idealisme tanpa nasionalisme dan patriotisme, atau nasionalisme tanpa idealisme dan patriotisme, atau patriotisme tanpa idealisme dan nasionalisme, identik dengan sayur asam tanpa garam. Hambar rasanya..!
Para sahabat sebangsa dan setanah air...
Idealisme adalah "daya dorong" untuk memperkokoh rasa kebangsaan dan rasa cinta tanah air. Sebagai bangsa, tentu kita memiliki idealisme. Kalau masa revolusi idealisme bangsa kita adalah memerdekakan bangsa maka setelah Indonesia merdeka, idealisme nya adalah mengisi alam kemerdekaan. Untuk itulah, agar cita-cita Indonesia merdeka sebagaimana yang tersurat dalam Pembukaan UUD 1945 dapat sesegara mungkin kita wujudkan, maka kekuatan nasionalisme dan patriotisme mestilah kita simpan dalam "standing position" yang kokoh. Ini penting kita hayati, karena nasionalisme akan tumbuh subur dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat, manakala segenap warga bangsa, mampu mengenali dan memahami secara cerdas akan hakekat dasar dari rasa kebangsaan itu sendiri.
Sejati nya nasionalisme, tentu akan ditentukan oleh sampai sejauh mana warga bangsa ini, dapat mengejawantahkan semangat rasa kebangsaan ini dalam kiprah dan kehidupan keseharian nya. Rasa kebangsaan akan selalu "inheren" dengan sikap, tindakan dan wawasan setiap warga negara. Hanya warga bangsa yang mampu melakukan penghayatan yang mendalam dan utuh terhadap hakekat nasionalisme inilah yang akan mampu memberi sumbangsih bagi keajegan suatu bangsa. Ya,,,, nasionalisme boleh jadi merupakan indikator untuk tumbuh nya bangsa yang berdaulat, berjati diri, berkarakter, dan bermartabat !
Para sahabat sebangsa dan setanah air.....
Muncul nya kesan tentang banyaknya anak bangsa yang "melupakan" nasionalisme, memang sebuah citra yang harus kita rubah-arahkan. Adanya dugaan bahwa nasionalisme seolah-olah "digadaikan" sudah waktu nya kita gantikan dengan ungkapan yang lebih santun. Dan pandangan yang menegaskan bahwa nasionalisme hanya indah untuk diucapkan tapi tidak menarik untuk dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari, juga sudah saat nya kita ganti dengan kalimat yang lebih arif. Kita percaya bahwa warga bangsa, akan tetap menjunjung tinggi makna nasionalisme sebagaimana yang dipatrikan 20 Mei 1908 lalu. Kita yakin bahwa segenap anak bangsa tentu akan tetap mengenang, mempelajari, menghayati dan mengaktualisasikan semangat nasionalisme dalam kehidupan sekarang. Dan kita boleh optimis bahwa nasionalisme bukan "barang rongsokan" yang tidak populer lagi, tapi nasionalisme adalah kekuatan dasar dalam menjawab tantangan jaman yang selama ini tengah menggelinding. Dalam koridor berpikir yang demikian, tentu kita sepakat bahwa ruh nasionalisme harus terus-menerus ditiupkan ke dalam nurani dan jiwa bangsa !
Nasionalisme adalah "filter" yang akan mampu menyaring setiap intervensi dari pihak mana pun, yang berkehendak meruntuhkan nilai-nilai sakral yang dimiliki bangsa ini. Mari kita tetap komit dan konsisten untuk memperkokoh semangat nasionalisme yang ditopang idealisme dan patriotisme, demi kejayaan dan kemakmuran bangsa Indonesia sekarang dan masa mendatang.
Asahlah terus idealisme ! Bangkitkan terus nasionalisme dan kokohkan terus patriotisme ! Insya Allah Indonesia Raya akan semakin dihormati dan disegani oleh bangsa-bangsa lain di muka bumi ini !
Salam,
Sumber : http://www.facebook.com/note.php?note_id=109017571295
Who’s the actor behind shooting incident in Papua
Shooting incident was occurred July 11 2009 and killed a Australian’s mining expert Drew Nicholas Grant , Freeport security guard, identified as Markus Rattealo and and a police officer assigned to secure the company Second Brig, Marsom Patipea, make Papua as a mysterious island. An investigation is now underway for the killing of an expatriate employee, a local security guard for the American mining company PT Freeport Indonesia and a police officer. The military has reportedly rounded up a number of people associated with a separatist rebel movement, although officials admitted that they could not have been anywhere near the incident to have been able to conduct the shooting.
The incident took place near the Mile 51 area where seven Freeport employees, including two Americans who taught at a Timika school, were killed in 2002. Although some local Papuans have been sentenced to jail for this ambush killing, the case has not been resolved fully with many questions remaining unanswered to this day.
It is questionable whether the low level intensity of guerilla warfare by the Free Papua Movement (OPM) justifies the strong military presence in the area. If anything, the tight security measures imposed are at the expense of greater transparency. The tight security blanket confirms the suspicion of many international human rights groups that the government is hiding something.
Others speculate that the tensions and conflicts in Papua are a manifestation of the rivalries and interests of different government agencies in Jakarta, including the police, the military and the business world. Whether this is true or not is no longer relevant because that image has been implanted firmly thanks to the government’s own policy.
A more open and transparent policy in Papua, even with its consequences to the security situation, is by far still the better option to pursue. Let’s hope the investigation of the latest shooting will be conducted in that spirit, for the sake of establishing justice for the victims, but more importantly for justice of the
people of Papua
Source : The Jakarta Post | Tue, 07/14/2009 9:40 AM | Opinion
The incident took place near the Mile 51 area where seven Freeport employees, including two Americans who taught at a Timika school, were killed in 2002. Although some local Papuans have been sentenced to jail for this ambush killing, the case has not been resolved fully with many questions remaining unanswered to this day.
It is questionable whether the low level intensity of guerilla warfare by the Free Papua Movement (OPM) justifies the strong military presence in the area. If anything, the tight security measures imposed are at the expense of greater transparency. The tight security blanket confirms the suspicion of many international human rights groups that the government is hiding something.
Others speculate that the tensions and conflicts in Papua are a manifestation of the rivalries and interests of different government agencies in Jakarta, including the police, the military and the business world. Whether this is true or not is no longer relevant because that image has been implanted firmly thanks to the government’s own policy.
A more open and transparent policy in Papua, even with its consequences to the security situation, is by far still the better option to pursue. Let’s hope the investigation of the latest shooting will be conducted in that spirit, for the sake of establishing justice for the victims, but more importantly for justice of the
people of Papua
Source : The Jakarta Post | Tue, 07/14/2009 9:40 AM | Opinion
Selasa, 14 Juli 2009
Waterway dan Monorail
Waterway dan Monorail
Sebuah kebijakan Pemerintah mengenai pembangunan, sudah selayaknya didukung oleh sebuah penelitian yang akurat, selain dari sisi manfaatnya, juga harus dilihat dari sisi visibilitas pengerjaan maupun visibilitas dari pembiayaan yang berkelanjutan.
Dengan demikian tidak ada lagi, kebijakan yang berlaku hanya pada saat si pencetus ide masih menjabat saja.
Hal ini perlu juga adanya aturan yang mengikat pejabat lama dan baru, jika ada penyimpangan dari program jangka panjang. Sehingga, para pejabat tidak semena-mena ingin mewujudkan ambisinya, tanpa memperhitungkan sisi visibiltasnya.
Ambisi mewujudkan ide, tanpa mempertimbangkan secara konfrehensif kepentingan rakyat banyak, juga merupakan pemborosan, yang pada akhirnya dapat pula dilihat sebagai perbuatan korupsi.
Waterway Kini Tinggal Kenangan
Mega Putra Ratya - detikNews
Jakarta - Program transportasi air atau lebih dikenal dengan sebutan waterway yang dulu pernah dibanggakan oleh Pemprov DKI telah gagal dalam pengoperasiannya. Kini, wisata angkutan air yang diluncurkan 6 Juni 2007 oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Sutiyoso, hanya meninggalkan fasilitas penunjang yang terbengkalai.
Ketika diresmikan, Sutiyoso berharap waterway dapat memenuhi kebutuhan angkutan umum alternatif yang murah dan bebas dari kemacetan. Namun harapan hanyalah tinggal harapan, yang tersisa saat ini hanya bangunan bergaya adat betawi berukuran 1x2 meter bercat hijau penuh debu dan tampak kumuh.
Dadang (37) seorang pemulung mengatakan dermaga waterway yang sudah tidak di urus sejak lama membuat semua fasilitas rusak dan tak terawat. "Udah lama dibiarin begitu doang nggak diurus. Lama-lama rusak juga," kata Dadang kepada detikcom saat ditemui di Halte Karet, Jakarta, Senin (14/7/2009).
Pantauan detikcom, di sekitar dermaga karet terlihat besi tangga yang sudah hancur dan berkarat. Air yang dangkal penuh sampah terlihat bukan hal yang aneh pada sungai Ciliwung ini. Dua buah kapal yang biasa merapat sudah tak terlihat sejak beberapa waktu lalu.
"Kalau malem ada orang yang tidur di situ. Lihat saja banyak tiker, dus dan kasur," imbuhnya.
Pemandangan serupa juga terlihat di dermaga Halimun, Jl Sultan Agung, Jakarta Pusat. Corat-coret cat semprot yang dilakukan sekelompok orang iseng membuat dermaga tersebut terlihat makin tidak nyaman.
Uni (44) warga yang tinggal di sekitar dermaga karet bercerita saat waterway masih beroperasi, kapal-kapal sering kesulitan saat akan menyusuri sungai. Jika hujan deras, akan terjadi peningkatan air. Karena air terlalu tinggi kapal tidak bisa berjalan dengan baik.
"Kalau air terlalu rendah, kapal juga tidak dapat jalan karena dasar kapal akan mentok dengan dasar sungai," tuturnya.
Transportasi air sejauh 2 kilometer ini memilki tiga dermaga yaitu Halimun, Dukuh Atas, dan Karet. Kini transportasi air yang diharapkan bisa mengurai kemacetan di Jakarta hanya tinggal kenangan saja.
Sumber : http://www.detiknews.com/read/2009/07/14/205222/1165058/10/waterway-kini-tinggal-kenangan
Sebuah kebijakan Pemerintah mengenai pembangunan, sudah selayaknya didukung oleh sebuah penelitian yang akurat, selain dari sisi manfaatnya, juga harus dilihat dari sisi visibilitas pengerjaan maupun visibilitas dari pembiayaan yang berkelanjutan.
Dengan demikian tidak ada lagi, kebijakan yang berlaku hanya pada saat si pencetus ide masih menjabat saja.
Hal ini perlu juga adanya aturan yang mengikat pejabat lama dan baru, jika ada penyimpangan dari program jangka panjang. Sehingga, para pejabat tidak semena-mena ingin mewujudkan ambisinya, tanpa memperhitungkan sisi visibiltasnya.
Ambisi mewujudkan ide, tanpa mempertimbangkan secara konfrehensif kepentingan rakyat banyak, juga merupakan pemborosan, yang pada akhirnya dapat pula dilihat sebagai perbuatan korupsi.
Waterway Kini Tinggal Kenangan
Mega Putra Ratya - detikNews
Jakarta - Program transportasi air atau lebih dikenal dengan sebutan waterway yang dulu pernah dibanggakan oleh Pemprov DKI telah gagal dalam pengoperasiannya. Kini, wisata angkutan air yang diluncurkan 6 Juni 2007 oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Sutiyoso, hanya meninggalkan fasilitas penunjang yang terbengkalai.
Ketika diresmikan, Sutiyoso berharap waterway dapat memenuhi kebutuhan angkutan umum alternatif yang murah dan bebas dari kemacetan. Namun harapan hanyalah tinggal harapan, yang tersisa saat ini hanya bangunan bergaya adat betawi berukuran 1x2 meter bercat hijau penuh debu dan tampak kumuh.
Dadang (37) seorang pemulung mengatakan dermaga waterway yang sudah tidak di urus sejak lama membuat semua fasilitas rusak dan tak terawat. "Udah lama dibiarin begitu doang nggak diurus. Lama-lama rusak juga," kata Dadang kepada detikcom saat ditemui di Halte Karet, Jakarta, Senin (14/7/2009).
Pantauan detikcom, di sekitar dermaga karet terlihat besi tangga yang sudah hancur dan berkarat. Air yang dangkal penuh sampah terlihat bukan hal yang aneh pada sungai Ciliwung ini. Dua buah kapal yang biasa merapat sudah tak terlihat sejak beberapa waktu lalu.
"Kalau malem ada orang yang tidur di situ. Lihat saja banyak tiker, dus dan kasur," imbuhnya.
Pemandangan serupa juga terlihat di dermaga Halimun, Jl Sultan Agung, Jakarta Pusat. Corat-coret cat semprot yang dilakukan sekelompok orang iseng membuat dermaga tersebut terlihat makin tidak nyaman.
Uni (44) warga yang tinggal di sekitar dermaga karet bercerita saat waterway masih beroperasi, kapal-kapal sering kesulitan saat akan menyusuri sungai. Jika hujan deras, akan terjadi peningkatan air. Karena air terlalu tinggi kapal tidak bisa berjalan dengan baik.
"Kalau air terlalu rendah, kapal juga tidak dapat jalan karena dasar kapal akan mentok dengan dasar sungai," tuturnya.
Transportasi air sejauh 2 kilometer ini memilki tiga dermaga yaitu Halimun, Dukuh Atas, dan Karet. Kini transportasi air yang diharapkan bisa mengurai kemacetan di Jakarta hanya tinggal kenangan saja.
Sumber : http://www.detiknews.com/read/2009/07/14/205222/1165058/10/waterway-kini-tinggal-kenangan
Timika ambush death toll rises to three
Markus Makur,
A police officer was found dead Monday on a section of the road connecting Timika and PT Freeport Indonesia’s Grassberg mine in Tembagapura in Papua, after being declared missing following an attack on a convoy of police troops on Sunday.
The body of Second Brig. Marson was discovered in a ravine in Mile 64 of the road in Tembagapura district, Papua Police chief Insp. Gen. Bagus Ekodanto said Monday.
Marson was among the police personnel flanking Freeport security guards who were ambushed by a group of armed people on Sunday. Freeport security guard Markus Rante Allo was killed in the attack.
Papua Police deputy chief Brig. Gen. Riady Koni said the police found Marson’s body after sifting through the site of the ambush. They had discovered Marson’s firearms shortly after the attack. Freeport’s Australian employee Drew Nicholas Grant was killed in a separate ambush on Saturday.
Source : The Jakarta Post , Timika | Mon, 07/13/2009 | National
A police officer was found dead Monday on a section of the road connecting Timika and PT Freeport Indonesia’s Grassberg mine in Tembagapura in Papua, after being declared missing following an attack on a convoy of police troops on Sunday.
The body of Second Brig. Marson was discovered in a ravine in Mile 64 of the road in Tembagapura district, Papua Police chief Insp. Gen. Bagus Ekodanto said Monday.
Marson was among the police personnel flanking Freeport security guards who were ambushed by a group of armed people on Sunday. Freeport security guard Markus Rante Allo was killed in the attack.
Papua Police deputy chief Brig. Gen. Riady Koni said the police found Marson’s body after sifting through the site of the ambush. They had discovered Marson’s firearms shortly after the attack. Freeport’s Australian employee Drew Nicholas Grant was killed in a separate ambush on Saturday.
Source : The Jakarta Post , Timika | Mon, 07/13/2009 | National
Papua peaceful despite attacks
After shooting incident in Timika, situation in all city of papua are peaceful as statement’s The National Police considers security in Papua stable despite a series of attacks on PT Freeport Indonesia in Mimika regency over the weekend, which killed three people. A spokesman for the National Police, Brig. Gen. Sulistyo Ishak, said the police had taken tough measures to maintain security around Freeport’s operational site and Papua in general.
The National Police Headquarters has sent a counter-terror squad to help the local police hunt down perpetrators of the attacks, the victims of which included a police officer."We are considering dispatch of reinforcement troops to support the operation, but it will depend on development in the field,” Sulistyo was quoted by Antara state news agency. He called on local people to help police locate the armed group who perpetrated the ambushTo Overcome the incident, Papua administration is planning to open a dialogue involving all elements of society in the hope of achieving common ground on the recent terror attacks in the province. We have agreed to hold the forum in the coming days, because the dialogue was crucial to avoid public suspicion and the spread of terror Papua Deputy Governor Alex Hasegem
Source : Archipelago | Mon, 07/13/2009 | National
The National Police Headquarters has sent a counter-terror squad to help the local police hunt down perpetrators of the attacks, the victims of which included a police officer."We are considering dispatch of reinforcement troops to support the operation, but it will depend on development in the field,” Sulistyo was quoted by Antara state news agency. He called on local people to help police locate the armed group who perpetrated the ambushTo Overcome the incident, Papua administration is planning to open a dialogue involving all elements of society in the hope of achieving common ground on the recent terror attacks in the province. We have agreed to hold the forum in the coming days, because the dialogue was crucial to avoid public suspicion and the spread of terror Papua Deputy Governor Alex Hasegem
Source : Archipelago | Mon, 07/13/2009 | National
Jumat, 10 Juli 2009
Hak-hak Minoritas dan Multikulturalisme di Indonesia
Oleh Ridwan al-Makassary
Adalah rahasia umum bahwa Indonesia adalah hamparan masyarakat heterogen yang sedang terus menerus mendefinisikan dirinya. Dikenal sebagai masyarakat majemuk (pluralis), Indonesia terbentuk dari lima ratus etnik yang berbicara dalam enam ratus jenis bahasa.
Dewasa ini berbagai kelompok etnik tersebut hidup berdampingan dengan kelompok etnik lokal lainnya baik di kota maupun di desa. Dalam konteks ini, jalinan hubungan antar-etnik semakin intensif dibandingkan dengan jaman dulu. Selanjutnya, realitas ini rentan menimbulkan problematika akomodasi perbedaan budaya antara kelompok pendatang dan komunitas lokal, terutama jika komunitas pendatang cenderung lebih baik secara ekonomi.
Gagasan tentang hakminoritas dan multikulturalise menjadi signifikan dalam konteks semacam itu. Masa depan Indonesia akan sangat ditentukan oleh bagaimana keragaman itu bisa dikelola dengan baik sehingga bisa menghasilkan konstruksi masyarakat pluralis yang mengakui dan merayakan perbedaan.
Menurut Parsudi Suparlan, Kelompok minoritas adalah orang-orang yang diperlakukan secara diskriminatif dalam masyarakat karena ciri-ciri fisik tubuh atau asal-usul keturunannya atau kebudayaannya berbeda. Mereka tidak saja diperlakukan sebagai orang luar dalam masyarakat tempat mereka hidup, namun juga menempati posisi yang tidak menguntungkan, karena mereka tidak memperoleh akses terhadap sosial, ekonomi, dan politik.
Dewasa ini diskursus hak minoritas didominasi oleh teori politik, terutama setelah bangkrutnya ideologi komunisme yang melahirkan gelombang nasionalisme etnik di Eropa Timur yang secara dramatik telah merubah proses demokratisasi. Namun, terdapat beberapa faktor di dalam sistem demokrasi yang mapan yang menunjukkan pentingnya etnisitas; resistensi orang pribumi melawan imgiran dan pengungsi di berbagai negara Barat maju, kebangkitan dan mobilisasi politik indegenous people yang berujung pada lahirnya draft deklarasi hak indegenous people di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Selain itu, peningkatan ancaman separatis terjadi di sejumlah negara demokratis seperti Kanada (Quebeq), Inggris (Skotlandia), Belgia (Flanders) dan Spanyol (Katalonia).
Sementara itu, kondisi multikultur sebuah negara tidak dengan serta merta meniscayakan warganya hidup dalam tatanan multikultural. Satu negara hanya dapat dikatakan sebagai sebuah negara multikultur jika berbagai divesitas budaya yang eksis memiliki kesetaraan dalam arena publik.
Konsep multikulturalisme pada dasarnya menyokong gagasan mengenai perbedaan dan heteroginitas, sekaligus mendorong isu kesetaraan antara kelompok mayoritas dan minoritas. Karenanya, poin multikulturalisme adalah apakah entitas yang beragam tersebut memperoleh status yang setara dalam negara, atau justru mengalami minoritisasi melalui kebijakan publik negara.
Indonesia memang merupakan negara dengan kondisi multikultur, tetapi belum semua warganya bisa menerima gagasan tentang sebuah tatanan multikultural. Munculnya keterbukaan politik saat ini, setelah selama lebih dari tiga dekade hidup dalam pasungan otoritarianisme, itu justru menjadi salah satu pintu masuk bagi berlangsungnya bermacam-macam proses penguatan politik identitas (primordial) di banyak tempat. Lebih dari sekedar bentuk-bentuk euphoria politik setelah lepas dari otoritarianisme, kecenderungan politisasi identitas etnik dan agama yang sekarang terjadi di beberapa daerah sampai pada level ketika kebersamaan sebagai sebuah bangsa mulai dipertaruhkan. Beberapa tendensi formalisasi agama melalui kebijakan publik dalam label peraturan daerah, misalnya, mengundang resiko dilanggarnya the lowest common denominator yang sudah disepakati bersama sejak Indonesia meraih kemerdekaan dari kolonialisme tahun 1945 yang lalu, yakni fundamen bahwa Indonesia bukanlah negara yang didasarkan pada satu agama tertentu.
Singkatnya, semua anak bangsa mesti menyadari bahwa negara ini adalah milik bersama dan bukan milik etnik dan agama tertentu. Karenanya diperlukan kebijakan publik yang bisa memayungi semua kelompok dan mewujudkan integrasi sosial. Dalam hal ini, hak-hakminoritas dan multikulturalisme dapat menjadi alternatif dan solusi bagi masa depan Indonesia yang lebih baik.
Penulis adalah Koordinator Program Islam dan Hak Asasi Manusia di Center for the Study of Religion and Culture (CSRC) UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Sumber : www.pelita.or.id/baca.php?id=74945
Adalah rahasia umum bahwa Indonesia adalah hamparan masyarakat heterogen yang sedang terus menerus mendefinisikan dirinya. Dikenal sebagai masyarakat majemuk (pluralis), Indonesia terbentuk dari lima ratus etnik yang berbicara dalam enam ratus jenis bahasa.
Dewasa ini berbagai kelompok etnik tersebut hidup berdampingan dengan kelompok etnik lokal lainnya baik di kota maupun di desa. Dalam konteks ini, jalinan hubungan antar-etnik semakin intensif dibandingkan dengan jaman dulu. Selanjutnya, realitas ini rentan menimbulkan problematika akomodasi perbedaan budaya antara kelompok pendatang dan komunitas lokal, terutama jika komunitas pendatang cenderung lebih baik secara ekonomi.
Gagasan tentang hakminoritas dan multikulturalise menjadi signifikan dalam konteks semacam itu. Masa depan Indonesia akan sangat ditentukan oleh bagaimana keragaman itu bisa dikelola dengan baik sehingga bisa menghasilkan konstruksi masyarakat pluralis yang mengakui dan merayakan perbedaan.
Menurut Parsudi Suparlan, Kelompok minoritas adalah orang-orang yang diperlakukan secara diskriminatif dalam masyarakat karena ciri-ciri fisik tubuh atau asal-usul keturunannya atau kebudayaannya berbeda. Mereka tidak saja diperlakukan sebagai orang luar dalam masyarakat tempat mereka hidup, namun juga menempati posisi yang tidak menguntungkan, karena mereka tidak memperoleh akses terhadap sosial, ekonomi, dan politik.
Dewasa ini diskursus hak minoritas didominasi oleh teori politik, terutama setelah bangkrutnya ideologi komunisme yang melahirkan gelombang nasionalisme etnik di Eropa Timur yang secara dramatik telah merubah proses demokratisasi. Namun, terdapat beberapa faktor di dalam sistem demokrasi yang mapan yang menunjukkan pentingnya etnisitas; resistensi orang pribumi melawan imgiran dan pengungsi di berbagai negara Barat maju, kebangkitan dan mobilisasi politik indegenous people yang berujung pada lahirnya draft deklarasi hak indegenous people di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Selain itu, peningkatan ancaman separatis terjadi di sejumlah negara demokratis seperti Kanada (Quebeq), Inggris (Skotlandia), Belgia (Flanders) dan Spanyol (Katalonia).
Sementara itu, kondisi multikultur sebuah negara tidak dengan serta merta meniscayakan warganya hidup dalam tatanan multikultural. Satu negara hanya dapat dikatakan sebagai sebuah negara multikultur jika berbagai divesitas budaya yang eksis memiliki kesetaraan dalam arena publik.
Konsep multikulturalisme pada dasarnya menyokong gagasan mengenai perbedaan dan heteroginitas, sekaligus mendorong isu kesetaraan antara kelompok mayoritas dan minoritas. Karenanya, poin multikulturalisme adalah apakah entitas yang beragam tersebut memperoleh status yang setara dalam negara, atau justru mengalami minoritisasi melalui kebijakan publik negara.
Indonesia memang merupakan negara dengan kondisi multikultur, tetapi belum semua warganya bisa menerima gagasan tentang sebuah tatanan multikultural. Munculnya keterbukaan politik saat ini, setelah selama lebih dari tiga dekade hidup dalam pasungan otoritarianisme, itu justru menjadi salah satu pintu masuk bagi berlangsungnya bermacam-macam proses penguatan politik identitas (primordial) di banyak tempat. Lebih dari sekedar bentuk-bentuk euphoria politik setelah lepas dari otoritarianisme, kecenderungan politisasi identitas etnik dan agama yang sekarang terjadi di beberapa daerah sampai pada level ketika kebersamaan sebagai sebuah bangsa mulai dipertaruhkan. Beberapa tendensi formalisasi agama melalui kebijakan publik dalam label peraturan daerah, misalnya, mengundang resiko dilanggarnya the lowest common denominator yang sudah disepakati bersama sejak Indonesia meraih kemerdekaan dari kolonialisme tahun 1945 yang lalu, yakni fundamen bahwa Indonesia bukanlah negara yang didasarkan pada satu agama tertentu.
Singkatnya, semua anak bangsa mesti menyadari bahwa negara ini adalah milik bersama dan bukan milik etnik dan agama tertentu. Karenanya diperlukan kebijakan publik yang bisa memayungi semua kelompok dan mewujudkan integrasi sosial. Dalam hal ini, hak-hakminoritas dan multikulturalisme dapat menjadi alternatif dan solusi bagi masa depan Indonesia yang lebih baik.
Penulis adalah Koordinator Program Islam dan Hak Asasi Manusia di Center for the Study of Religion and Culture (CSRC) UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Sumber : www.pelita.or.id/baca.php?id=74945
Rabu, 08 Juli 2009
JK - Wiranto Menanggapi Quick Count
Ketika JK ditanyakan tentang quick count, semestinya beliau konsisten dengan jawabannya bahwa : "Lebih Cepat Lebih Bae"
Disitulah teruji konsistensi dari jargon yang diusungnya selama ini....
Karena metode quick count sendiri sebenarnya secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan.
Rabu, 08/07/2009 11:43 WIB
Tim JK: Tak Beradab Umumkan Quick Count Saat Pilpres Berlangsung
Moksa Hutasoit - detikPemilu
Jakarta - Kubu JK-Wiranto bereaksi keras terhadap penayangan quick count dan exit poll di sejumlah televisi. Penayangan itu dinilai tidak etis saat pemilihan di sejumlah daerah masih berlangsung. ( mok / iy )
Source : http://pemilu.detiknews.com/comment/2009/07/08/114306/1161218/700/tim-jk-tak-beradab-umumkan-quick-count-saat-pilpres-berlangsung
Disitulah teruji konsistensi dari jargon yang diusungnya selama ini....
Karena metode quick count sendiri sebenarnya secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan.
Rabu, 08/07/2009 11:43 WIB
Tim JK: Tak Beradab Umumkan Quick Count Saat Pilpres Berlangsung
Moksa Hutasoit - detikPemilu
Jakarta - Kubu JK-Wiranto bereaksi keras terhadap penayangan quick count dan exit poll di sejumlah televisi. Penayangan itu dinilai tidak etis saat pemilihan di sejumlah daerah masih berlangsung. ( mok / iy )
Source : http://pemilu.detiknews.com/comment/2009/07/08/114306/1161218/700/tim-jk-tak-beradab-umumkan-quick-count-saat-pilpres-berlangsung
Selasa, 07 Juli 2009
MOS
Masa Orientasi Siswa
Mungkin memang tidak perlu dihapuskan, karena melihat dari konsep "Judulnya" yang sudah benar, tetapi penerapannya yang hingga kini selalu salah.
Dalam benak akal sehat "Masa Orientasi" adalah mengenal hal-hal yang nantinya akan dihadapi dalam masa belajar siswa di sekolah pilihannya.
Sehingga kakak-kakak kelas, seharusnya memperkenalkan kecanggihan sekolahnya, seperti bagaimana mereka harus disiplin di ruang laboratorium, bagaimana memperlakukan peralatan sekolah mereka, seperti lab komputer, buku-buku perpustakaan, dlsb.
Selain itu, para kakak-kakak kelas menunjukan prestasi yang pernah diraih oleh sekolah tersebut.
Dengan demikian, nantinya mereka (para siswa baru) akan mempunyai "Rasa Tanggung Jawab" terhadap perawatan barang-barang milik sekolah, memiliki disiplin belajar.
Bukan seperti MOS peninggalan zaman Belanda, dimana senioritas dapat berlaku sebagai penjajah. Sekarang ini kita tidak lagi berorientasi pada senioritas, tetapi lebih pada kemampuan seseorang.
Mengenai hormat menghormati, itu adanya di pelajaran "Budi Pekerti", dimana dalam hidup sehari-hari, tidak saja yang lebih muda harus menghormati yang lebih tua, tetapi sebaliknya yang lebih tua pun juga harus menghormati yang lebih muda. Disamping kemampuan seseorang memiliki juga bentuk penghormatan dalam interaksi dari sisi ke-ilmuan.
Masa Orientasi Siswa
Waaaahh,,, ternyata senin besok dah mulai MOS (masa orientasi siswa) yaa??
hahahahaha... emang kalo ngomongin MOS atau Mabis tuh gak ada abisnya... seru bangeett
Jadi inget pas MOS SMA dulu... kuncir 2 merah-putih! yang ini biar kita kliatan lebih rapih tp juga imut kaya anak desa yang cinta Indonesia.. pita juga jadi merah putih...hahaha!
Bawa tas pelastik, katanya c untuk kebersamaan.. mau kaya ataupun kurang mampu dianggap sama dimata sekolah gak dibeda-bedakan! ama topi wisuda.. berharap bisa lulus dari sekolah ini setelah 3 tahun belajar.. dan juga biar kita gak kepanasan pas disuruh ngumpul dilapangan!
Gak lupa papan nama...waktu dulu c pake karton ijo.. hahahaha!! gak lupa juga bawaan lain seperti minum, roti, mie, premen yang pake cap aneh-aneh...
Tp dalam acara ini pun Panitia sekaligus mengadakan baksos! Seperti mie, buku tulis, pulpen untuk diberikan kepada teman-teman yang masih membutuhkan!
dulu c waktu jadi peserta, ngedumel banget nie suruh bawa yang aneh-aneh,, tp ternyata setelah jadi Panitia jadi tau sendiri, apa yang dibawa ya untuk keperluan mereka sendiri.. jd gak masalah c...
Dulu tuh yang paling menegangkan saat adanya TIM DISIPLIN yang sering kita sebut TIM DIS!!
Waaahhh..takut banget deh ama tim ini,, biasanya c senior2 yang sangar mukanya... tp ada juga c kaka senior yang manis tp sok-sok galak,,,,
pokoknya kalo ada TIM DIS ini pada diem deeehh... udah takut aja mau di plonco.. tp gak tuh... cm sangar nya aja yang kaga nahaaaann....
Tahun ke dua dan tahun ke 3 di SMA akhirnya gw yang jadi panitia..... Hohohohohoh!!!!
Seneng rasanya bisa jadi panitia MOS.. tp ya berhubung wajah gw gak nyeremin tp baik hati, murah senyum dan tidak sombong, 2 tahun itu pasti jadi panitia di kelas,, namanya kakak pendamping....
jadi yang paling deket ama anak-nak di kelas... Pas Tim Dis itu masuk ikutan tegang juga c.. apalagi kalo ngeliat wajah anak-anak baru yang nunjukin khawatir dan takut juga...
padahal mah TIM DIS nya gokil-gokil.. sebelum masuk kelas mereka biasanya cekikikan dulu... wakakakaka.... ya, pinter deh acting nya kalo udah masuk kelas mah galaknya minta ampun!!!
Sayangnya gak ada foto-fotonya nie,,, kalo ada makin seru kayaknya...
enaknya jadi pendamping tuh kita bisa lebih kenal deket ama adik-adik kelas, dan setelah MOS berakhirpun kita masih deket aja,, lebih akrab lah,,,
kalo TIM DIS c pasti dihindarin,dan ditakutin!!! Wakakaka....
Tp lama-kelamaan ketauan juga Gokilnya TIM DIS Itu...
dan yang lebih asik saat ngerjain anak-anak yang ULTAH nya pas hari MOS!Kalo gak ampe nangis lom berenti deehh... Lucu jadinya setelah dia nangis terus dia ketawa-ketawa!! hahahahaha...
Saat-saat pengenalan Ekskul juga asik nie,, walaupun ada ditengah lapangan, tp tetep acara ini ditunggu-tunggu!!
Ya, yang paling Heboh pastinya saat pengenalan ekskul Marching band.... dan gw dulu ikutnya ekskul PMR... Asik banget Acara Ini....
Oia, pas hari terakhir MOS Biasanya kita mewajibkan murid baru itu untuk bikin surat suka-dukanya MOS ini, ditunjukan khusus untuk para panitia...
dan setelah evaluasi selesai saatnya pembacaan surat-surat itu....
Wakakakaka,,, opininya lucu-lucu deh... dan disurat itu ada pemilihan kakak TER....
dan waktu itu gw pernah dapet kaka terbaik (ini kebanyakan dikasih ama anak-anak yang gw dampingin) tp kakak terjutek juga ada c...wakakakaka... kalo diluar kelas gw emang sering sok jaim,, dan mungkin dianggapnya jutek kali yah.....
yah,,, masa-masa MOS itu emang merepotkan.. peserta repot, panitia repot.. apalagi kalo ada pihak sekolah yang ngacak-ngacak jadwal.. BT deeehhhh... tp ya tetap menyenangkan!!
Tp sekarang ini masih banyak banget kan MOS yang pake kekerasan,,, ini nie yang bikin citra MOS jadi jelek,, dan ada banyak orang tua juga yang gak setuju.. untuk itu peran sekolah sangat penting untuk mengontrol kakak-kakak panitia nya!! biar gak terlalu ekstrim dalam kegiatan ini,,, pernah juga denger kan kalo Masa-masa MOS ataupun OSPEK sampe menelan korban jiwa! gak banget deehh...
Tp kalo menurut gw c MOS itu gak perlu dihilangkan,, soalnya walaupun ngedumel awalnya pasti nanti jadi kenangan yang indah... Tp juga kudu yang bermanfaat seperti niat awalnya MOS itu tadi untuk mengenal lingkungan sekolah, peraturan sekolah!
Gimana Masa Orientasi kamu???
Sumber : http://blogerkesambet.blogspot.com/
Mungkin memang tidak perlu dihapuskan, karena melihat dari konsep "Judulnya" yang sudah benar, tetapi penerapannya yang hingga kini selalu salah.
Dalam benak akal sehat "Masa Orientasi" adalah mengenal hal-hal yang nantinya akan dihadapi dalam masa belajar siswa di sekolah pilihannya.
Sehingga kakak-kakak kelas, seharusnya memperkenalkan kecanggihan sekolahnya, seperti bagaimana mereka harus disiplin di ruang laboratorium, bagaimana memperlakukan peralatan sekolah mereka, seperti lab komputer, buku-buku perpustakaan, dlsb.
Selain itu, para kakak-kakak kelas menunjukan prestasi yang pernah diraih oleh sekolah tersebut.
Dengan demikian, nantinya mereka (para siswa baru) akan mempunyai "Rasa Tanggung Jawab" terhadap perawatan barang-barang milik sekolah, memiliki disiplin belajar.
Bukan seperti MOS peninggalan zaman Belanda, dimana senioritas dapat berlaku sebagai penjajah. Sekarang ini kita tidak lagi berorientasi pada senioritas, tetapi lebih pada kemampuan seseorang.
Mengenai hormat menghormati, itu adanya di pelajaran "Budi Pekerti", dimana dalam hidup sehari-hari, tidak saja yang lebih muda harus menghormati yang lebih tua, tetapi sebaliknya yang lebih tua pun juga harus menghormati yang lebih muda. Disamping kemampuan seseorang memiliki juga bentuk penghormatan dalam interaksi dari sisi ke-ilmuan.
Masa Orientasi Siswa
Waaaahh,,, ternyata senin besok dah mulai MOS (masa orientasi siswa) yaa??
hahahahaha... emang kalo ngomongin MOS atau Mabis tuh gak ada abisnya... seru bangeett
Jadi inget pas MOS SMA dulu... kuncir 2 merah-putih! yang ini biar kita kliatan lebih rapih tp juga imut kaya anak desa yang cinta Indonesia.. pita juga jadi merah putih...hahaha!
Bawa tas pelastik, katanya c untuk kebersamaan.. mau kaya ataupun kurang mampu dianggap sama dimata sekolah gak dibeda-bedakan! ama topi wisuda.. berharap bisa lulus dari sekolah ini setelah 3 tahun belajar.. dan juga biar kita gak kepanasan pas disuruh ngumpul dilapangan!
Gak lupa papan nama...waktu dulu c pake karton ijo.. hahahaha!! gak lupa juga bawaan lain seperti minum, roti, mie, premen yang pake cap aneh-aneh...
Tp dalam acara ini pun Panitia sekaligus mengadakan baksos! Seperti mie, buku tulis, pulpen untuk diberikan kepada teman-teman yang masih membutuhkan!
dulu c waktu jadi peserta, ngedumel banget nie suruh bawa yang aneh-aneh,, tp ternyata setelah jadi Panitia jadi tau sendiri, apa yang dibawa ya untuk keperluan mereka sendiri.. jd gak masalah c...
Dulu tuh yang paling menegangkan saat adanya TIM DISIPLIN yang sering kita sebut TIM DIS!!
Waaahhh..takut banget deh ama tim ini,, biasanya c senior2 yang sangar mukanya... tp ada juga c kaka senior yang manis tp sok-sok galak,,,,
pokoknya kalo ada TIM DIS ini pada diem deeehh... udah takut aja mau di plonco.. tp gak tuh... cm sangar nya aja yang kaga nahaaaann....
Tahun ke dua dan tahun ke 3 di SMA akhirnya gw yang jadi panitia..... Hohohohohoh!!!!
Seneng rasanya bisa jadi panitia MOS.. tp ya berhubung wajah gw gak nyeremin tp baik hati, murah senyum dan tidak sombong, 2 tahun itu pasti jadi panitia di kelas,, namanya kakak pendamping....
jadi yang paling deket ama anak-nak di kelas... Pas Tim Dis itu masuk ikutan tegang juga c.. apalagi kalo ngeliat wajah anak-anak baru yang nunjukin khawatir dan takut juga...
padahal mah TIM DIS nya gokil-gokil.. sebelum masuk kelas mereka biasanya cekikikan dulu... wakakakaka.... ya, pinter deh acting nya kalo udah masuk kelas mah galaknya minta ampun!!!
Sayangnya gak ada foto-fotonya nie,,, kalo ada makin seru kayaknya...
enaknya jadi pendamping tuh kita bisa lebih kenal deket ama adik-adik kelas, dan setelah MOS berakhirpun kita masih deket aja,, lebih akrab lah,,,
kalo TIM DIS c pasti dihindarin,dan ditakutin!!! Wakakaka....
Tp lama-kelamaan ketauan juga Gokilnya TIM DIS Itu...
dan yang lebih asik saat ngerjain anak-anak yang ULTAH nya pas hari MOS!Kalo gak ampe nangis lom berenti deehh... Lucu jadinya setelah dia nangis terus dia ketawa-ketawa!! hahahahaha...
Saat-saat pengenalan Ekskul juga asik nie,, walaupun ada ditengah lapangan, tp tetep acara ini ditunggu-tunggu!!
Ya, yang paling Heboh pastinya saat pengenalan ekskul Marching band.... dan gw dulu ikutnya ekskul PMR... Asik banget Acara Ini....
Oia, pas hari terakhir MOS Biasanya kita mewajibkan murid baru itu untuk bikin surat suka-dukanya MOS ini, ditunjukan khusus untuk para panitia...
dan setelah evaluasi selesai saatnya pembacaan surat-surat itu....
Wakakakaka,,, opininya lucu-lucu deh... dan disurat itu ada pemilihan kakak TER....
dan waktu itu gw pernah dapet kaka terbaik (ini kebanyakan dikasih ama anak-anak yang gw dampingin) tp kakak terjutek juga ada c...wakakakaka... kalo diluar kelas gw emang sering sok jaim,, dan mungkin dianggapnya jutek kali yah.....
yah,,, masa-masa MOS itu emang merepotkan.. peserta repot, panitia repot.. apalagi kalo ada pihak sekolah yang ngacak-ngacak jadwal.. BT deeehhhh... tp ya tetap menyenangkan!!
Tp sekarang ini masih banyak banget kan MOS yang pake kekerasan,,, ini nie yang bikin citra MOS jadi jelek,, dan ada banyak orang tua juga yang gak setuju.. untuk itu peran sekolah sangat penting untuk mengontrol kakak-kakak panitia nya!! biar gak terlalu ekstrim dalam kegiatan ini,,, pernah juga denger kan kalo Masa-masa MOS ataupun OSPEK sampe menelan korban jiwa! gak banget deehh...
Tp kalo menurut gw c MOS itu gak perlu dihilangkan,, soalnya walaupun ngedumel awalnya pasti nanti jadi kenangan yang indah... Tp juga kudu yang bermanfaat seperti niat awalnya MOS itu tadi untuk mengenal lingkungan sekolah, peraturan sekolah!
Gimana Masa Orientasi kamu???
Sumber : http://blogerkesambet.blogspot.com/
Kamis, 02 Juli 2009
Pilpress 2009 - Jangan ragu-ragu
Banyak orang tanya kepada saya, siapa sih yang mau Anda pilih?
Kepada mereka saya katakan, bahwa ketiga Calon Presiden kita kali ini, pernah atau bahkan masih menjabat jabatan kepresidenan.
Jadi, tinggal kita lihat saja mana yang kinerjanya paling baik?
Tapi teman-teman saya tetap bertanya siapa donk?
Menurut saya pribadi, sebetulnya tidak susah, karena dari ketiga CaPres, tinggal dua yang menurut saya, yang hasilnya dapat dirasakan oleh rakyat.
Yakni, Nomor 2 dan 3.
Lho kenapa yang satu tidak?
Menurut saya lagi, Nomor satu waktu memimpin banyak sekali asset negara yang dijual. Contohnya BUMN 2 besar dan vital yang bagaimanapun tidak dapat dibenarkan dari sisi apapun. Karena itu merupakan ciri khas perekonomian Bangsa. Kalau dijual, apalagi yang vital, membuat kita membuka luka di tubuh kita sendiri.
Menjual BUMN merupakan langkah awal untuk mematikan ekonomi kerakyatan.
Jadi jangan lupa nanti tanggal 8, pilih lah dengan cermat. Selamat memilih....
Kepada mereka saya katakan, bahwa ketiga Calon Presiden kita kali ini, pernah atau bahkan masih menjabat jabatan kepresidenan.
Jadi, tinggal kita lihat saja mana yang kinerjanya paling baik?
Tapi teman-teman saya tetap bertanya siapa donk?
Menurut saya pribadi, sebetulnya tidak susah, karena dari ketiga CaPres, tinggal dua yang menurut saya, yang hasilnya dapat dirasakan oleh rakyat.
Yakni, Nomor 2 dan 3.
Lho kenapa yang satu tidak?
Menurut saya lagi, Nomor satu waktu memimpin banyak sekali asset negara yang dijual. Contohnya BUMN 2 besar dan vital yang bagaimanapun tidak dapat dibenarkan dari sisi apapun. Karena itu merupakan ciri khas perekonomian Bangsa. Kalau dijual, apalagi yang vital, membuat kita membuka luka di tubuh kita sendiri.
Menjual BUMN merupakan langkah awal untuk mematikan ekonomi kerakyatan.
Jadi jangan lupa nanti tanggal 8, pilih lah dengan cermat. Selamat memilih....
Rabu, 01 Juli 2009
Kota Singkawang : Swasembada Beras ?
oleh adi supardi
Pencetakan sawah baru akan meningkatkan pendapatan, kesejahteraan masyarakat petani dan diharapkan Singkawang sebagai daerah swasembada beras hingga ekspor beras ke daerah atau negara lain.
Staf Bidang Pengelolaan Lahan dan Air Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Singkawang, Abdul Hakim, mengatakan, rencana program pencetakan sawah baru seluas 2000 hektar di daerah Kota Singkawang, Provinsi Kalimantan Barat. Sejak tahun 2007 hingga 2009 sudah dilaksanakan cetak sawah baru seluas 325 hektar dan sisanya sekitar 1.675 hektar akan dilanjutkan tahun berikutnya secara bertahap.
Dijelaskan, hal-hal yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program pencetakan sawah baru ini diantaranya masalah kondisi medan yang berat, pergeseran iklim/cuaca yang tidak menentu dan dana kurang memadai.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Harapan Makmur, Tusiran, menanggapi perkembangan proyek pencetakan sawah baru di Dusun Kulor Desa Pajintan, Kecamatan Singkawang Timur, Kota Singkawang, Provinsi Kalimantan Barat. Singkawang, mengatakan, sudah dilakukan pembuatan parit-parit dan sedang terus dikerjakan cetak sawah baru sesuai kebijakan pemerintah yang telah menyetujui pencetakan sawah tahun 2009 seluas 25 hektar untuk kelompok tani harapan makmur.
Mengenai kasus subsidi pupuk sudah selesai dan tidak ada masalah lagi. Bahkan sekarang subsidi pupuk berjalan lancar kepada para petani untuk meningkatkan hasil pertaniannya. Mengenai proyek irigasi rusak sudah diperbaiki dengan dibangun ulang sudah selesai pada akhir bulan Pebruari 2009. kata tusiran.
Dengan pembangunan infrastruktur pertanian (irigasi, jalan dll) dan penambahan pencentakan sawah baru serta kelancaran distribusi pupuk kepada para petani secara cepat tepat waktu musim tanam, akan terjadi peningkatan hasil pertanian dan Singkawang sebagai daerah swasembada beras hingga ekspor ke daerah atau negara lain. semoga.
Sumber : etnisuku.wordpress.com
Pencetakan sawah baru akan meningkatkan pendapatan, kesejahteraan masyarakat petani dan diharapkan Singkawang sebagai daerah swasembada beras hingga ekspor beras ke daerah atau negara lain.
Staf Bidang Pengelolaan Lahan dan Air Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Singkawang, Abdul Hakim, mengatakan, rencana program pencetakan sawah baru seluas 2000 hektar di daerah Kota Singkawang, Provinsi Kalimantan Barat. Sejak tahun 2007 hingga 2009 sudah dilaksanakan cetak sawah baru seluas 325 hektar dan sisanya sekitar 1.675 hektar akan dilanjutkan tahun berikutnya secara bertahap.
Dijelaskan, hal-hal yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program pencetakan sawah baru ini diantaranya masalah kondisi medan yang berat, pergeseran iklim/cuaca yang tidak menentu dan dana kurang memadai.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Harapan Makmur, Tusiran, menanggapi perkembangan proyek pencetakan sawah baru di Dusun Kulor Desa Pajintan, Kecamatan Singkawang Timur, Kota Singkawang, Provinsi Kalimantan Barat. Singkawang, mengatakan, sudah dilakukan pembuatan parit-parit dan sedang terus dikerjakan cetak sawah baru sesuai kebijakan pemerintah yang telah menyetujui pencetakan sawah tahun 2009 seluas 25 hektar untuk kelompok tani harapan makmur.
Mengenai kasus subsidi pupuk sudah selesai dan tidak ada masalah lagi. Bahkan sekarang subsidi pupuk berjalan lancar kepada para petani untuk meningkatkan hasil pertaniannya. Mengenai proyek irigasi rusak sudah diperbaiki dengan dibangun ulang sudah selesai pada akhir bulan Pebruari 2009. kata tusiran.
Dengan pembangunan infrastruktur pertanian (irigasi, jalan dll) dan penambahan pencentakan sawah baru serta kelancaran distribusi pupuk kepada para petani secara cepat tepat waktu musim tanam, akan terjadi peningkatan hasil pertanian dan Singkawang sebagai daerah swasembada beras hingga ekspor ke daerah atau negara lain. semoga.
Sumber : etnisuku.wordpress.com
Langganan:
Postingan (Atom)