Hahaha, mengapa menjadi pola pikir, karena menurut saya, seorang koruptor yang insyaf, ya pasrah saja ketika tertangkap atau kalau di Jepang mungkin sudah Harakiri.
Ayah selalu memberi nasihat kepada saya, "Jangan kamu bergaul dengan penjahat, kelak kamu akan berfikiran jahat."
Sebelum lupa, tulisan dari Vivanews yang saya bold dan merahkan adalah alasan saya membuat tulisan ini.
Dari tulisan di bawah jelas, bahwa kalau saja dirinya lolos, maka mungkin dia pun akan diam saja sampai akhir hanyatnya. Bahkan mungkin merencanakan untuk mengincar yang lebih besar lagi. Jadi jelas, bahwa pola pikir korupsi di negeri ini sudah mendarah daging.
Di luar itu semua, sangatlah menyedihkan, dalam waktu yang singkat 2 Pimpinan Partai Besar Terlibat Korupsi.
Pertanyaan yang mendasar adalah, apakah kita akan terus memakai konsep Oknum? untuk membersihkan yang lainnya?
Judul Asli : VIDEO: Anas Urbaningrum, Kandasnya Politisi Muda Cemerlang
VIVAnews – Sabtu pekan lalu, 23 Februari 2013, Anas
Urbaningrum menyatakan berhenti dari Ketua Umum Demokrat setelah Komisi
Pemberantasan Korupsi menetapkan status hukumnya sebagai tersangka kasus
Hambalang. Status tersangka itu bagai meruntuhkan karir politik yang
selama ini dibangun Anas dari bawah.
Lihat video perjalanan karir politik Anas di tautan ini.
Lahir di Blitar, 15 Juli 1969, Anas Urbaningrum memang cerdas sejak kecil. Ia langganan menjadi lulusan terbaik di tiap jenjang sekolahnya. Anas pun menyelesaikan kuliahnya di Ilmu Politik Universitas Airlangga, Surabaya, tahun 1992 sebagai lulusan terbaik. Tak puas menggondol titel sarjana, Anas kembali melanjutkan studinya.
Tahun 2000, Anas lulus Magister Sains Ilmu Politik Universitas Indonesia. Minatnya pada ilmu politik tak pernah surut. Anas mengambil program doktor ilmu politik di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta sampai saat ini. Politik memang bukan sekedar ilmu bagi Anas. Ia mempraktikannya.
Semasa kuliah, Anas aktif berkiprah di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Ia pun terpilih menjadi Ketua Umum Pengurus Besar HMI pada tahun 1997. Sebagai ketua umum organisasi mahasiswa terbesar di Indonesia saat itu, Anas berada di tengah perubahan pusaran politik pada reformasi 1998.
Pada masa itu pula, Anas menjadi tim revisi Undang-Undang Politik yang merupakan salah satu tuntutan reformasi. Tahun 1999, Anas menjadi anggota tim seleksi partai politik yang bertugas memverifikasi kelayakan parpol untuk ikut Pemilu. Anas akhirnya terpilih menjadi anggota Komisi Pemilihan Umum periode 2001-2005 yang bertugas mengawal Pemilu 2004.
Pada Pemilu 2004 itu, Partai Demokrat yang masih “bayi” memperoleh kemenangan telak. Setahun kemudian, 2005, Anas bergabung dengan Demokrat. Ia kemudian terpilih menjadi anggota DPR pada tahun 2009. Karir politik Anas melejit cepat. Tahun 2010, ia terpilih sebagai Ketua Umum Demokrat dalam Kongres Demokrat mengalahkan rivalnya, Andi Mallarangeng dan Marzuki Alie.
Anas pun mundur dari DPR untuk berkonsentrasi mengurus partai. Sayangnya, sejak terpilih menjadi Ketua Umum Demokrat itu, jalan politik Anas tak pernah mulus. Berulang kali posisinya digoyang. Paling tidak Anas mengalami percobaan kudeta politik sampai tiga kali. Namun upaya-upaya itu selalu kandas.
Anas memang didukung kuat oleh struktur dan kader Demokrat di akar rumput. Jaringan Anas di Demokrat tak bisa diremehkan. Meski secara politis kuat, posisi Anas sangat rapuh karena bergantung pada kasus korupsi Hambalang yang sedang ditangani KPK.
Akhirnya, Jumat 22 Februari 2013, KPK menetapkan status hukum Anas sebagai tersangka. Anas pun mundur. Namun ia bukannya akan tinggal diam dan pasrah saja. Anas belum menyerah. Ia “mengancam” untuk membongkar banyak hal. “Ini bukan tutup buku, tapi pembukaan halaman pertama. Saya yakin halaman berikutnya akan bermakna bagi kepentingan kita bersama,” kata Anas.
“Kandas” di Demokrat, Anas masih tetap punya loyalis dan teman seperjuangan. Setiap hari, rumahnya di Duren Sawit Jakarta Timut tak hentinya dikunjungi para kolega, mulai kader Demokrat, kader HMI, politisi partai lain, sampai sahabat masa kecilnya. Kawan-kawan Anas itu menyatakan simpati dan mengalirkan energi kepada Anas di tengah cacian dan hujatan yang ia terima.
Politisi senior Golkar Akbar Tandjung yang sama-sama berkiprah di HMI bersama Anas termasuk salah satu yang menyambanginya. Ketika bertandang ke rumah Anas, Akbar mengutip perkataan mendiang Perdana Menteri Inggris Winston Churchill. “Dalam kehidupan, Anda dibunuh sekali, mati. Tapi dalam politik, Anda dibunuh beberapa kali, akan bisa bangkit kembali,” kata Akbar. (eh)
Lihat video perjalanan karir politik Anas di tautan ini.
Lahir di Blitar, 15 Juli 1969, Anas Urbaningrum memang cerdas sejak kecil. Ia langganan menjadi lulusan terbaik di tiap jenjang sekolahnya. Anas pun menyelesaikan kuliahnya di Ilmu Politik Universitas Airlangga, Surabaya, tahun 1992 sebagai lulusan terbaik. Tak puas menggondol titel sarjana, Anas kembali melanjutkan studinya.
Tahun 2000, Anas lulus Magister Sains Ilmu Politik Universitas Indonesia. Minatnya pada ilmu politik tak pernah surut. Anas mengambil program doktor ilmu politik di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta sampai saat ini. Politik memang bukan sekedar ilmu bagi Anas. Ia mempraktikannya.
Semasa kuliah, Anas aktif berkiprah di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Ia pun terpilih menjadi Ketua Umum Pengurus Besar HMI pada tahun 1997. Sebagai ketua umum organisasi mahasiswa terbesar di Indonesia saat itu, Anas berada di tengah perubahan pusaran politik pada reformasi 1998.
Pada masa itu pula, Anas menjadi tim revisi Undang-Undang Politik yang merupakan salah satu tuntutan reformasi. Tahun 1999, Anas menjadi anggota tim seleksi partai politik yang bertugas memverifikasi kelayakan parpol untuk ikut Pemilu. Anas akhirnya terpilih menjadi anggota Komisi Pemilihan Umum periode 2001-2005 yang bertugas mengawal Pemilu 2004.
Pada Pemilu 2004 itu, Partai Demokrat yang masih “bayi” memperoleh kemenangan telak. Setahun kemudian, 2005, Anas bergabung dengan Demokrat. Ia kemudian terpilih menjadi anggota DPR pada tahun 2009. Karir politik Anas melejit cepat. Tahun 2010, ia terpilih sebagai Ketua Umum Demokrat dalam Kongres Demokrat mengalahkan rivalnya, Andi Mallarangeng dan Marzuki Alie.
Anas pun mundur dari DPR untuk berkonsentrasi mengurus partai. Sayangnya, sejak terpilih menjadi Ketua Umum Demokrat itu, jalan politik Anas tak pernah mulus. Berulang kali posisinya digoyang. Paling tidak Anas mengalami percobaan kudeta politik sampai tiga kali. Namun upaya-upaya itu selalu kandas.
Anas memang didukung kuat oleh struktur dan kader Demokrat di akar rumput. Jaringan Anas di Demokrat tak bisa diremehkan. Meski secara politis kuat, posisi Anas sangat rapuh karena bergantung pada kasus korupsi Hambalang yang sedang ditangani KPK.
Akhirnya, Jumat 22 Februari 2013, KPK menetapkan status hukum Anas sebagai tersangka. Anas pun mundur. Namun ia bukannya akan tinggal diam dan pasrah saja. Anas belum menyerah. Ia “mengancam” untuk membongkar banyak hal. “Ini bukan tutup buku, tapi pembukaan halaman pertama. Saya yakin halaman berikutnya akan bermakna bagi kepentingan kita bersama,” kata Anas.
“Kandas” di Demokrat, Anas masih tetap punya loyalis dan teman seperjuangan. Setiap hari, rumahnya di Duren Sawit Jakarta Timut tak hentinya dikunjungi para kolega, mulai kader Demokrat, kader HMI, politisi partai lain, sampai sahabat masa kecilnya. Kawan-kawan Anas itu menyatakan simpati dan mengalirkan energi kepada Anas di tengah cacian dan hujatan yang ia terima.
Politisi senior Golkar Akbar Tandjung yang sama-sama berkiprah di HMI bersama Anas termasuk salah satu yang menyambanginya. Ketika bertandang ke rumah Anas, Akbar mengutip perkataan mendiang Perdana Menteri Inggris Winston Churchill. “Dalam kehidupan, Anda dibunuh sekali, mati. Tapi dalam politik, Anda dibunuh beberapa kali, akan bisa bangkit kembali,” kata Akbar. (eh)
Sumber : http://politik.news.viva.co.id/news/read/393508-video--anas-urbaningrum--kandasnya-politisi-muda-cemerlang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar