Jumat, 19 Mei 2006

MISSING LINK : ARAB - MUHAMMAD & JAWA - WALISONGO

May 19, 2006

Dalam rangka untuk mencapai tujuannya, salah satu usaha yg dilakukan oleh Muhamad adalah : mengadopsi tokoh2 , kisah dan firman Tuhan yang ada pada Kaum Yahudi dan Nasrani (Ahlul Kitab) yang ada di tanah Arab saat itu.

Tokoh, kisah dan firman tadi kemudian dipermak menurut kepentingan Muhamad menjadi produk baru bernama Quran & Islam. Selanjutnya produk baru ini dijual kembali kepada Kaum Yahudi dan Nasrani. Yang tahu ttg produk ini tentu saja menolak. Yang tidak tahu pasti menerima (meskipun menerima dg bayaran nyawa).

Bagi kaum Yahudi dan Nasrani yang menolak, Muhamad menyebut mereka sebagai orang kafir, penghuni neraka.

Sekarang mari kita lihat sejarah perkembangan Islam di Jawa.

Walisongo (Sunan Kalijogo), mengadopsi cerita wayang yg sudah menjadi budaya Jawa dengan latar belakang Hindu India (Mahabarata). Baik tokoh, cerita dan 'firman' dalam cerita pewayangan tadi diubah (baca: dibelokkan) oleh walisongo, dipermak menjadi produk baru dan lagi2 produk ini dijual kepada orang2 Hindu Jawa. Bagi yang tahu, mending kabur kayak leluhurnya dahulu yg pada kabur ke Pulau Bali. Lagi2, bagi orang Jawa yg memiliki cerita pewayangan asli yg tidak percaya dg cerita wayang versi Walisongo disebut : Kapir, calon penghuni neraka.

Berikut link dalam bahasa Jawa :

http://www.suaramerdeka.com/cybernews/kejawen/blencong/blencong-kejawe n09.html

Terjemahannya Kurang lebih begini :

Menyambut Hari Raya Idul Fitri ini, ada suatu cerita dalam pewayangan yang perlu diperhatikan.

Walisanga dalam mengemban tugas luhur dalam rangka mengIslamkan tanah Jawa, mengetahui bahwa wayang bisa menjadi sarana siar Islam yang sangat efektif. Dalam bukunya, Poerbosoebroto yang berjudul Wayang lambang Ajaran Islam, banyak sekali hal2 yang berkaitan dengan maksud Walisanga tadi.

Oleh walisanga, wayang diubah menjadi media dakwah Islam. Akidah Islam disiarkan melalui mitologi Hindu. Hal2 yang berkaitan dengan Dewa (Hyang, Sang Hyang) yang menjadi sesembahan masyarakat waktu itu dikait-kaitkan dengan cerita nabi. Mitologi Hindu berpegang pada dewa sebagai sesembahannya. Karena itu, walisanga memadukan cerita silsilah wayang dengan nabi2.

Cerita silsilah wayang digarap dan diurutkan ke atas sampai pada nabi Adam. Metode dakwah Walisanga lewat mitologi Hindu, sangat tepat dengan kontek budaya masyarakat Jawa waktu itu (abad 15) yang memeluk agama Hindu.

Untuk menyiarkan akidah Islam, Walisanga memilih cara atau metode, yang menurut Drs Ridin Sofyan cs dalam buku Islamisasi Jawa disebut 'de-dewanisasi' cerita (lebih tepatnya de-sakralisasi dewa/tuhan hindu kali ya .red). Cerita yang berhubungan dengan dewa2 diubah supaya akidah Islam bisa masuk hati sanubari masyarakat waktu itu.

Rukun Islam juga menjadi pilihan siar dan dakwah Islam. Kalimasada (kalimat sahadat) sebagai ajaran (tauhid) islam masuk dalam cerita pewayangan. Puntadewa yang juga mempunyai nama Dharmakusuma yang juga Yudhistira menjadi wayang pilihan yang memegang surat atau Jamus Kalimasada.

Prof Poerbatjaraka menerangkan bahwa Kalimasada berasal dari kata kali+maha+usada yang berarti 'suatu hal yang mempunyai nilai agung untuk sepanjang jaman'. Dalam dunia pewayangan, Kalimasada adalah jimat atau senjata pusakanya Prabu Puntadewa, raja Amarta. Dalam perang Barathayudha, Salya (dari kerajaan Kurawa) harus bertarung melawan Puntadewa. Salya mempunyai senjata pusaka Aji Candrabirawa yang dahsyat, namun dikalahkan oleh Puntadewa. Jamus Kalimasada mampu mengakhiri kekuatan Salya.

Dalam pedahlangan diceritakan bahwa Puntadewa adalah putra dari Dewi (dalam hal ini manusia) Kunthi dengan Bethara (Dewa ya dewa, bukan manusia) Darma melalui mantra Adityarhedaya. Dewa Darma di Kahyangan (Surga) adalah dewa kebenaran dan keadilan. Alkisah Prabu Pandhu saat itu ingin memiliki seorang putra yang dapat bertindak adil dan benar. Dalam pewayangan, Puntadewa memiliki watak/sifat yang halus,penurut, bersahaja, rela,iklas,sabar, menerima.Puntadewa menjadi tokoh wayang yang memiliki darah berwarna putih.Menjadi lambang wayang yang berhati bersih dan suci.Maka sangat tepat sekali bila Puntadewa dipilih sebagai tokoh yang memiliki Jamus Kalimasada.
Masih berkaitan dangan hal Kalimasada atau kalimat sahadat, di tanah Demak ada cerita tutur tinular (cerita turun temurun kali ya, cerita dari kakek nenek). Waktu itu Sunan Kalijaga (salah satu tokoh walisanga) bertemu dengan seorang yang sudah tua pikun.Orang tadi mengaku bernama Darmakusuma, yang sudah lama sekali berkelana kemana mana. Pada akhirnya dia mengeluh kepada Sunan Kalijaga supaya diberitahu jalan mati (makssudnya: sudah tua pikun, pengin segera mati kog ya ndak mati2).Sunan Kalijaga memberi petunjuk untuk membaca Kalimasada atau kalimat sahadat.

Diceritakan bahwa setelah Darmakusuma membaca kalimasada, dia langsung meninggal. Mayatnya diurus dan dikuburkan dibelakang Masjid Demak. Ternyata kalimat sahadat dalam dunia pewayangan diletakkan oleh walisanga dalam penggarapan cerita wayang secara indah dan unik. Dalam bulan puasa yang penuh berkah dari Allah swt ini, watak dan sifat Puntadewa tadi dapatlah menjadi cermin atau teladan yang dapat diterapkan dalam dunia keluarga.

Sutadi, Ketua Pepadi jawa Tengah
Moe, translator

------------------------
Note:
1. Sesungguhnya saya bersaksi, bentuk kalimasada sesungguhnya adalah senjata tajam (saya lupa kalo ndak cakra/pedang) - coba search aja. Memang kata ini mirip sekali dg kalimat sahada. Inilah kepandaian mereka dalam membelokkan sesuatu.
2. seingat saya dalam cerita buku yang saya baca dulu :dewa darma mengintip dewi kunthi itu saat mandi di danau, menjadi birahi dan orgasme. Air maninya jatuh ke dauh tempat dewi kunthi yang membuatnya hamil.

Sumber : http://mengenal-islam.t35.com/Sejarah_Wali_Songo.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar